mercredi 28 août 2013

Metodologi Penelitian Keislaman


Workshop Metodologi Penelitian
Fakultas Ushuluddin IAIN SMH Banten
Anyer | 6 September 2013
PENDEKATAN SEJARAH DALAM KAJIAN ISLAM
Moh. Ali Fadillah


PERMASALAHAN
Mengapa peristiwa penyebaran agama Islam dianggap penting dalam sejarah Nusantara ?

FAKTA
Letak geografis Nusantara jauh dari pusat-pusat sebaran Islam
Islam datang sebagai agama baru di Nusantara
Perubahan sosial budaya dan politik ekonomi

NALAR
Islamisasi di kepulauan sarat makna
Bisa dilihat dari berbagai sudut pandang:
  Politik
  Ekonomi
  Sosial dan budaya 
 Bisa pula dilihat dari sudut pandang agama !
  Praktek keagamaan
  Pemikiran keagamaan
Keyword: Tumbuh dan berkembangnya Islam di Nusantara bersifat universal dan juga lokal.



SOAL PERTAMA
Data dan sumber informasi tentang kedatangan Islam sangat terbatas dan sekalipun tersedia masih sulit dipahami secara rasional
IDENTIFIKASI:
Ketersediaan, keaslian, dan keabsahan sumber sejarah serta kapasitas / kapabilitas peneliti dalam mengeksplorasi sumber sejarah:
Data arkeologi:  situs, monumen, ecofact, artifact (ideofact dan sociofact)
Sumber sejarah tertulis: manuskrip, piagam, prasasti, reçit de voyage, arsip dan dokumen lain
Data etnografi: mitologi, legenda, adat istiadat  / ritual
Data Piktorial: sketsa, gambar, lukisan.
Fotografi: lama dan baru
Keyword: Sumber tidak pernah lengkap, bersifat fragmentaris, lebih terfokus pada great tradition  (lingkar kekuasaan).

SOAL KEDUA
Asal-usul Islam di Indonesia (Banten) masih menjadi persoalan pelik:  dari mana, kapan, mengapa dan bagaimana penduduk Nusantara memeluk agama
IDENTIFIKASI:
Islam di Nusantara datang dari India Selatan atau langsung dari tanah Arab.
Islam diperkenalkan oleh para penguasa, pedagang atau juru dakwah.
Kelompok pertama yang menerima Islam adalah rakyat biasa atau para penguasa.
Penyebarannya apakah dari pesisir ke pedalaman, dari barat ke timur atau sebaliknya.
Keyword: Asal-usul masuknya Islam berada dalam selubung mitos, legenda yang diturunkan dari generasi ke generasi
SOAL KETIGA
Masih ada perbedaan tafsir mengenai apa yang dimaksudkan Sejarah Islam: antara fenomena agama dan fenomena sosiologis
IDENTIFIKASI:
Fenomena ekonomi dalam perluasan jaringan perniagaan rempah lintas benua (Eropa Barat dan Asia Tiimur).
Fenomena sosiologis  dalam pembentukan komunitas muslim di luar  Jazirah Arab.
Fenomena sufistik (jaringan brotherhood mistik Islam dari Asia Tengah dan Selatan).
Keyword:Pendekatan dan metolodologi yang dipilih belum ajeg dalam mengoperasionalkan subyek riset

CATATAN
Secara SINKRONIK tema besar studi Islam di Indonesia terkonsentrasi pada pusat kekuasaan mencakup ruang mukim yang kompleks bercorak urban dan rural.
  Dari sisi fisik, indikatornya tampak pada pengungkapan sistem dan tata kelola pemerintahan, karakter ruang fisik perkotaan Islam dengan pusat istana, pelabuhan dan pemukiman dalam kota.
  Dari dimensi sosial, difokuskan pada kehidupan feodal pemerintahan Islam, status dan hierarki sosial, pranata budaya, kelembagaan pemerintahan dan keagamaan, pergulatan ideologi dalam membentuk faham kebangsaan menjelang kelahiran NKRI melalui berbagai partai politik Islam beserta dengan gambaran tokoh-tokoh utama dalam konteks ruang dan waktunya.
  Dalam keseluruhan subyek, pendekatan pun sangat beragam, mulai dari sejarah, filologi, sosiologi, antropologi, ekonomi dan pendekatan baru yang disebut hagiologi.
  Proses islamisasi terus berlangsung dan menunjukkan ragam bentuk dan cara.
Secara DIAKRONIK, kajian Islam mencakup rentang waktu yang panjang, dari mulai awal mula masuk, tumbuh dan berkembangnya Islam sampai era kontermporer di Indonesia.
  Terkait dengan awal masuknya Islam, hingga kini masih menyisakan masalah, berkenaan dengan kapan dan dimana Islam masuk dan bersemai. Kendati secara berkala dibahas dalam Seminar Sejarah Islam, bukti baru prasasti Arab dan Persia pada sejumlah nisan kubur di pesisir barat Sumatera yang jarang dijadikan obyek penelitian, perlu revisi.
  Fase perkembangan dan keruntuhan, apakah negara-negara bercorak Islam telah menerapkan hukum Islam dalam sistem ketatanegaraannya, bagaimana praktek hukum diberlakukan dengan mengacu pada Qanun atau sejenisnya dengan nama Undang-Undang seperti halnya di Kesultanan Banten.
  Penting dicatat adalah bagaimana perkembangan masyarakat di luar pusat kekuasaan (little tradition)? Sumber informasi sebagai dasar rekonstruksi sejarah perlu terus dieksplorasi.
  Lokalitas Banten harus dilihat sebagai social interacation sphere dan sekaligus menjadi episentrum penyebaran Islam.


SUBYEK KAJIAN ISLAM DI BANTEN
1.    Saluran, metode, muatan, dan pelaku dalam islamisasi awal
2.    Gambaran kemajuan kota Banten setelah masuknya Agama Islam
3.    Karakter peradaban Islam yang menjadi asas sistem kesultanan
4.    B asis dan orientasi ekonomi perdagangan masa kesultanan
5.    Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi masa kesultanan
6.    Struktur dan diferensiasi sosial kesultanan Banten dan periode berikutnya
7.    Perlawanan masyarakat Banten menghadapi despotisme kolonial
8.     Awal tumbuhnya gerakan kebangsaan di daerah Banten
9.     Kehidupan masyarakat Banten dalam bingkai NKRI
10.  Kontemporenitas Islam di Banten dalam persaingan global


Note:
Dalam sesi tanya-jawab, ada empat isu yang memerlukan pembahasan lebih lanjut, yaitu: (1) kurangnya studi Islam lokal, termasuk eksistensi lembaga pesantren dalam sistem pengajaran agama dan perkembangan regional, (2) jika perdagangan sebagai saluran penting dalam proses islamisasi awal bagaimana perannya dalam pengembangan Islam di era berikutnya, dan (3) agama Islam datang dari sebelah timur Banten, padahal pusat penyebaran Islam berasal dari barat (Timur Tengah dan India melalui Selat Malaka), (4) kurangnya minat mahasiswa untuk mengajukan tema kajian pada Islam kontemporer.


 


Referensi untuk memperdalam kajian:
Ambary, Hasan Muarif (1998), Menemukan Peradaban, Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia, Jakarta : Logos; Ambary, Hasan Muarif. 2001. “Sunan Gunung Jati dan Peranan Cirebon sebagai Pusat Perkembangan dan Penyebaran Islam, Tinjauan dari Perspektif Arkeologi”, Seminar Nasional Sejarah Sunan Gunung Jati dan Pengembangan Pariwisata Budaya Islam, Cirebon, 22-23 April 2001, IAIN Sunan Gunung Jati; Ambary, Hasan Muarif (1991) “Makam-Makam Kesultanan dan Para Wali di Pulau Jawa”, Aspek-Aspek Arkeologi Indonesia, No. 12, Jakarta : Puslit Arkenas; Abdullah et.al, Taufik (1991), Sejarah Ummat Islam Indonesia, Jakarta: MUI; Ayatrohaedi, 1995. “Babad Cirebon”, Kirana, Jakarta : FSUI dan PT. Intermasa : 307-314; Ayatrohaedi, 2001. “Sunan Gunung Jati : Pembuktian Terbalik”, makalah pada Seminar Nasional Sejarah Sunan Gunung Jati dan Pengembangan Pariwisata Budaya Islam, Cirebon; Baldick, Julian. 1989. Mystical Islam, London: McMillan; Bougas, Wayne (1988) Islamic Cemeteries in Patani, Kuala Lumpur: Persatuan Sejarah Malaysia; Bowen, John R. (1984), “Death and the History of Islam in Highland Aceh”, Indonesia, No. 38, October 1984; Brandes, J.L.A. & Rinkes, D.A. (1911), “Babad Tjirebon : Uitvoerige inhoudsopgave en noten met inleiding en bijbehoorrenden tekst”, VBG deel XIL, tweede stuk, eerste gedeelte; Chambert-Loir, Henri & Guillot, Claude (eds. 1995), Le Culte des Saints dans le Monde Musulman, Paris : EFEO; Chodkiewicz, Michel. 1995. “La Sainteté et les Saints en Islam”, in Henri Chambert-Loir & Claude Guillot, Le Culte des Saints dans le Monde Musulman, Paris : EFEO; Djadiningrat, Hoesein. 1983. Tinjauan Kritis Tentang Sajarah Banten, Jakarta : Penerbit Djambatan; Drewes, G.W.J. (1995), “Short notice on the story of Haji Mangsur of Banten”, Archipel, No. 42; Fadillah, Moh. Ali (2000), “The Islamic antiquities of Badung: A Contribution to History of the Bugis Community in Bali”, Jurnal Walennae, No. 4, Makassar; Fadillah, Moh. Ali (2001), “Pengkultusan Orang Suci pada Masyarakat Sunda, Kontinuitas Budaya Lokal dalam Ritual Keagamaan Islam”, Kongres Internasional Budaya Sunda, Bandung: Rancage-Toyota Foundation; Guillot, Claude dan Kalus, Ludvik (2008), Inskripsi Islam Tertua di Indonesia, Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia; Kalus, Ludvik & C. Guillot (2013), "La Principaute de Daya, mi-XVe-mi-XVI siecle (Epigraphie islamique d'Aceh", Archipel 85; Guillot, C. & Chamber-Loir, Henri 1995. “La tombe de Sunan Gunung Jati” , in Henri Chambert-Loir & Claude Guillot, Le Culte des Saints dans le Monde Musulman, Paris : EFEO, hal. 255-250; Lombard, Denys. 1970. “Pour une histoire des villes du Sud-Est Asiatique”, Annales Economique, Sociale et Culturelle, No. 4. Paris, hal. 842-858; Lombard, Deny, (1996), Nusa Jawa Silang Budaya (Le Carrefour Javanais, Essaies d’Histoire Globale), vol. III, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; Makmun, Ismail. 1996. “Motivasi ziarah kubur di lokasi Banten Lama”, dalam Hasan Muarif Ambary (ed.), Masyarakat dan Budaya Banten, Jakarta : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, hal. 225-241; Reid, Anthony (1988), Southeast Asia in the Age of Commerce, c.1450 1680. Vol.I: The Lands below the Winds. 1988; Richlefs, MC (1982), The Historty of Modern Indonesia, London: Mcmillan; Sibawaih, Ikyan. 2001. “Syarif Hidayatullah dalam Perspektif Kewalian”, Seminar Nasional Sejarah Sunan Gunung Jati dan Pengembangan Pariwisata Budaya Islam, Cirebon, 22-23 April 2001, IAIN Sunan Gunung Jati; Susanto, Edi (2011), “Pemikiran Nurcholish Madjid tentang Pendidikan Agama Islam Multikultural Pluralistik, Perspektif Sosiologi Pengetahuan”, Disertasi IAIN Sunan Ampel, Surabaya; Tjandrasasmita et.al., Uka. (1975), Sejarah Nasional Indonesia, Vol. 3, Jakarta. Depdikbud; Tjandrasasmita, Uka (1976), Sultan Ageng Tirtayasa, Musuh Besar Kompeni Belanda, Jakarta; Tjandrasasmita, Uka. 1999. “Dampak Perpecahan Politik di Kerajaan Cirebon kepada Penempatan Kubur Raja-Raja di Kompleks Makam Sunan Gunung Jati”, dalam Henri Chambert-Loir & Hasan Muarif Ambary, Panggung Sejarah, Persembahan kepada Prof. Dr. Denys Lombard, Jakarta : EFEO-Puslit Arkenas-Yayasan Obor Indonesia, pp. 285-299.

mardi 27 août 2013

Rakornas Ristek 2013

Selasa 27 Agustus 2013 adalah hari pertama rangkaian peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional. Tahun ini HAKTEKNAS dipusatkan di TMII dengan berbagai kegiatan pendukungnya. Dalam Siaran Pers No. 19/SP/BHH/VIII/2013 disebutkan bahwa HAKTEKNAS Tahun 2013 bertemakan "Inovasi untuk Kemajuan Bangsa, Sinergi Iptek, Pendidikan, dan Industri untuk Mendorong Inovasi dalam rangka Meningkatkan Daya Saing Ekonomi". Kunci utama untuk mewujudkan peran Iptek dalam meningkatkan daya saing perekonomian adalah sinergi antar berbagai unsur kelembagaan Iptek yang meliputi lembaga litbang, perguruan tinggi, badan usaha, dan lembaga penunjang. Untuk mencapai sinergi tersebut diperlukan koordinasi yang efektif untuk memadukan berbagai unsur kelembagaan Iptek. Untuk mencapai sinergi tersebut diperlukan forum bersama, salah satunya adalah Rapat Koordinasi Nasional Riset dan Teknologi (Rakornas Ristek). Rakornas Ristek tahun 2013 yang pada hari Selasa 27 Agustus dibuka oleh Menrristek, Prof. Dr. Gusti Muhammad Hatta di Sasana Langen Budoyo, TMII mengawali rangkaian kegiatan puncak peringatan HAKTEKNAS ke-18.

Penyelenggaraan Rakornas Ristek 2013  bertujuan untuk menghasilkan kesepakatan antara berbagai kepentingan Iptek tentang naskah akademik Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Bidang Iptek (Jakstranas Iptek) 2015-2019 dan naskah akademik Agenda Riset Nasional (ARN) 2015-2019. Peserta Rakornas berasal dari Kementerian Ristek, LPNK Ristek, Kementerian terkait: Menko Perekonomian, Kementerian Keuangan, Bappenas, Kemdikbud, Perguruan Tinggi, Balitbang Kementerian, AIPI, KIN, DRN, KEN, Pemda, Balitbangda, DRD dan juga sektor industri. Para peserta akan dibagi ke dalam 7 bidang komisi sesuai bidang fokus pengembangan Iptek yaitu: pangan, energi, transportasi, TIK, kesehatan dan obat, hankam, dan material maju) untuk membahas tentang prioritas penelitian, pengembangan, dan penerapan teknologi berserta target dan sasaran strategis pencapaian pada masing-masing bidang fokus.

Pada sesi Sidang Pleno, setelah Prof. Dr, Ing. B.J. Habibi menyampaikan pidato: Iptek untuk Kemajuan Bangsa. pada sidang pleno tersebut tampil pula pembicara kunci lainnya, yaitu :Menko Perekonomian (Ir. M. Hatta Rajasa, "Strategi Pembangunan Ekonomi Menghadapi Persaingan Global dan Regional), Menteri PPN / Kepala Bappenas (Prof. Armida Ali Sjahbana, PhD, Sinergi Kebijakan Iptek, Pendidikan, dan Industri untuk meningkatkan daya saing ekonomi dalam RPJMN 2015-2019), Mendikbud (Prof. Dr. Mohammad Nuh - diwakili Dirjen Dikti, Kondisi, tantangan, isu strategis, dan terobosan kebijakan pendidikan serta cross cutting issues dengan iptek dan industri dalam RPJMN III 2015-2019, serta Menteri Perindustrian - diwakili Wamen Prof. Dr, Alex S.W. Retraubun, tentang Kondisi, tantangan, isu strategis, dan terobosan kebijakan industri serta cross cutting dengan pendidikan dan Iptek dalam RPJMN III 2015-2019 (Bhre Wahanten).


lundi 26 août 2013

Sejenak di Situs Cihunjuran



Situs Cihunjuran pertama kali mendapat perhatian dari peneliti Balai Arkeologi Bandung. Survei tahun 2001 telah menghimpun sejumlah artefak yang mengindikasikan bekas pemukiman lama. Beberapa jejak arkeologi yang terdiri dari menhir, batu berlubang, lumpang batu, pipisan dan sejumlah pecahan gerabah dan keramik ditemukan terkonsentrasi pada sekitar mata air  pada sebuah tebing sebelah utara Gunung Pulosari, Kabupaten Pandeglang. Setelah penelitian usai, Pemerintah Kabupaten Pandeglang segera melakukan tindakan penyelamatan dengan menghimpun benda-benda budaya pada sebuah tempat terlindung.

Terdorong oleh potensi alam yang menarik pengunjung berkat banyaknya mata air dan kerindangan pepohonan yang memisahkan areal persawahan dan perbukitan, pemda setempat menjadikan situs tersebut sebagai salah satu destinasi wisata, baik untuk kegiatan ziarah maupun pemandian umum. Sekarang telah tersedia lapangan parkir di tepi jalan antara Pandeglang – Caringin, akses masuk menuju situs melalui pedestrian, toilette, dan kantin yang menyediakan berbagai jenis makanan dan minuman bagi pengunjung, serta dibangun pula shelter bagi pengunjung istirahat di bawah rimbunnya pepohonan.

Untuk masuk, tentu saja anda harus membeli tiket. Di pintu masuk tersedia loket dan petugas melayani kunjungan wisatawan dan peziarah. Dihitung dari saat survey pertama sampai sekarang, pengelolaan situs Cihunjuran telah berlangsung selama 13 tahun. Namun kondisi umumnya tampak belum banyak mengalami perubahan. Hanya, di persawahan, jauh dari situs Cihunjuran, sekarang telah dibangun kolam pemandian modern, memanfaatkan aliran sumber air pegunungan yang jernih bagi pembukaan usaha jasa pariwisata. 


Landskap tebing Pulosari, yang di bawahnya terdapat situs arkeologi, berkoeksistensi dengan tempat pemandian alamiah, dan aktivitas ziarah memperlihatkan view yang merangsang para fotografer ingin mengabadikan sinergi alam dan  budaya lama dan baru (Bhre Wahanten Girang).

Info selanjutnya dapat diakses melalui:
http://trigonasfarmer.blogspot.com/2013/08/potensi-budidaya-lebah-trigona-di.html#more