Mata Kuliah
Sejarah Indonesia Masa Islam
SEJ619202 – 3 sks | Selasa | Pkl. 14.40 – 16.40 Kelas B
Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Untirta
SKEMA UMUM SEJARAH
MASUK DAN BERKEMBANGNYA ISLAM DI INDONESIA
Diringkas dari berbagai sumber oleh
Moh Ali Fadillah
PERMASALAHAN
Penyebaran agama Islam merupakan peristiwa penting dalam sejarah Indonesia tetapi proses masuknya Islam ke Indonesia masih belum jelas. Pertama, permasalahan itu muncul antara lain disebabkan oleh terbatasan sumber (Snouck Hurgronje, 1907: Drewes, 1968: 434; Berg 1955: 112). Kedua asal-usul Islam di Indonesia, kapan, mengapa dan bagaimana penduduk Indonesia mulai memeluk agama Islam merupakan masalah yang belum men jawaban yang memuaskan. Selain pertanyaan di atas, juga penting untuk mendapat perhatian terkait dengan konsep dan definisi tentang Islam dalam studi sejarah, apakah Islam sebagai agama ataukah sebagai penganutmya, masing-masing cendekiawan mengkaji sejarah Islam dari perspektif berbeda: sosial, budaya dan juga politik (Azra, 2002: 17; Ricklefs, 1992: 3).
PROSES ISLAMISASI
Secara geografis, posisi kepulauan Indonesia sangat jauh dari tempat kelahiran Islam di Timur Tengah, maka untuk memulai kajian sejarah Islam perlu memahami terlebih dahulu kondisi social dan budaya Timur Tengah di satu sisi dan juga perlu memahami latar belakang budaya dan social di nusantara sebelum kedatangan Islam pada sisi lain. Perbedaan jarak dan kultural dapat mempengaruhi berbedaankarakter Islam di tempat perkembangannya. Itu sebabnya ada pendapat bahwa di tempat lain masuknya Islam didahului oleh penaklukan, tetapi di tempat lain seperti di Indonesia dilakukan tanpa penaklukan (Azra, 2002:18). Menurut Snouck Hurgronje, proses Islamisasi yang terjadi secara damai adalah disebabkan oleh daya tarik agama Islam itu sendiri bagi masyarakat Indonesia (Berg, 1955: 112).
Proses yang terjadi di Indonesia berlangsung secara alami. Para para ahli menggambarkan hal itu melalui dua cara: Pertama, penduduk pribumi berkenalan dengan pendatang beragama Islam kemudian menganutnya. Kedua, para pendatang asing itu, dari berbagai tempat seperti Arab, India, Cina dan tempat lainnya, yang telah memeluk agama Islam bermukim secara permanen di satu tempat di wilayah Indonesia, kemudian berkeluarga dengan menikahi penduduk setempat. Dalam disertasinya Het boek van Bonang, B. Schrieke (1916) menguatkan bahwa selain kontak perdagangan, selanjutnya terjadi pula perkawinan antara bangsawan Indonesia yang sudah beragama Islam dengan kerabatnya yang belum Islam atau antara bangsawan Indonesia yang belum Islam (perempuan) dengan tokoh ulama penyebar Islam (Berg, 1955: 113; Ricklefs, 1992: 3).
Namun pendapat itu tidak sepenuhnya diterima oleh ahli lain. Ricklefs misalnya, membenarkan bahwa proses Islamisasi tidak diawali dengan penaklukan, namun setelah sebuah kerajaan Islam berdiri adakalanya agama Islam disebarkan oleh kerajaan itu dengan peperangan ke daerah lainnya (Ricklefs, 1992: 21-2). Pendapatnya mewakili versi lain tentang proses Islamisasi di Indonesia, artinya proses penyebaran Islam di Nusantara tidak secara seragam dalam penerimaan Islam antara daerah satu dan lainnya. Perbedaan itu tidak hanya pada soal tahapan waktu, tetapi juga mencakup wilayah geografi dan budaya yang berbeda. Pada masyarakat pesisir yang bersifat terbuka, Islam dengan mudah diterima, sedangkan masyarakat di daerah pedalaman dengan budaya agaris lebih lambat menerima Islam karena masih memegang kuat kepercayaan lamanya. Oleh karenanya keragaman bukan hanya dikarenakan distribusi geografis, tetapi juga latar belakang sosio-kultural, ekonomi, dan politik sehingga sulit merumuskan proses Islamisasi hanya dengan sebuah teori tentang konversi atau periodesasi umum untuk seluruh Indonesia (Azra, 2002: 18-20).
Untuk menjelaskan proses konversi dari satu agama ke agama yang lain, Azra mengambil pendapat Nock yang mendefinisikan penerimaan Islam sebagai agama profetik yang menuntut komitmen penuh, tidak memberikan kompromi bagi adanya jalan keselamatan yang lain. Tetapi sebagaimana kenyataan yang terjadi bahwa penerimaan Islam di Indonesia masih mempertahankan kepercayaan lama. Oleh sebab itu menurut Azra, penerimaan Islam di Indonesia lebih tepat disebut adhesi, yang artinya adalah konversi ke dalam Islam tanpa meninggalkan kepercayaan dan praktek keagamaan yang lama. Berdasarkan bukti-bukti tersebut dapat ditafsirkan bahwa Islamisasi di Indonesia merupakan suatu proses yang bersifat evolusioner, merupakan suatu proses yang panjang menuju kompromi yag lebih besar terhadap eksklusivitas Islam (Azra, 2002: 20-21).
Berdasarkan historiografi tradisional-lokal ada beberapa hal yang bisa disimpulkan berkaitan dengan proses Islamisasi. Pertama, Islam di Nusantara dibawa langsung dari tanah Arab. Kedua, Islam diperkenalkan oleh para guru atau juru dakwah. Ketiga, orang-orang yang pertama kali menerima Islam adalah para penguasa. Keempat, sebagian besar para juru dakwah datang di Indonesia pada abad ke-12 dan 13. Selain para pedagang yang berperan dalam proses Islamisasi peranan juru dakwah dianggap sangat penting. Semula juru dakwah digambarkan sebagai satu pengaruh yang searah tetapi pada masa kemudian juru dakwah tidak lagi berasal dari luar tetapi dari orang-orang Indonesia sendiri yang belajar di Mekah.
Sejak Islam berkembang di Asia Tenggara, dinamika Islam di Timur tengah secara berkelanjutan mempengaruhi wacana Islam di dunia Melayu-Indonesia. Dalam hal ini jaringan ulama international yang berpusat di Mekah sangat berperan penting dalam transmisi dorongan pembaruan pada abad ke-17 dan 18 ke kawasan dunia Melayu. Pada mulanya kontak antara kaum muslim di Asia Tenggara dengan para pedagang muslim dari Timur Tengah terjadi di kota-kota pelabuhan. Selain berdagang mereka sangat berperan dalam memperkenalkan Islam kepada penduduk setempat, tetapi penetrasi lebih intensif agaknya dilakukan oleh para ulama dari Timur Tengah dan Asia Selatan, biasanya mereka tinggal di bawah perlindungan para Sultan (Azra, 2002: 90-91).
Dengan makin berkembangnya kerajaan-kerajaan muslim di Asia Tenggara telah membuka kesempatan kepada para Muslim untuk melakukan ibadah haji ke Mekah. Selain itu, banyak pula yang menetap dan belajar tentang ilmu Islam. Adanya komunitas “Jawi” sebagai sebutan oleh orang-orang Madinah dan Mekah yang mengacu pada orang-orang Jawa yang tinggal di sana. Istilah Jawi ini sebenarnya tidak hanya terbatas kepada orang-orang Jawa, tetapi juga meliputi orang-orang Melayu, baik Jawa, Sumatra, Semenanjung Melayu dan Patani (Azra, 2002: 91). Menurut Azra sangat mungkin hubungan intelektual dengan dunia Timur Tengah dan Indonesia sudah terjadi sebelum abad ke-17 mengingat hubungan ekonomi , politik sudah dilakukan di sepanjang jalur perdagangan dan haji (Azra, 2002: 92).
REFERENSI
Azra, Azyumardi. 1999. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII M. Bandung: Mizan, 1999.
Berg, C. C. Het rijk van de vijfvoudige Buddha. (Verhandelingen der Koninklijke
Bruinessen. Martin van. 1999. “Global and Local in Indonesian Islam”, Southeast Asian Studies, Vol. 37, No.2, September 1999. Nederlandse Akademie van Wetenschappen, Afd. Letterkunde, vol. 69,
Carool Kersten. Carool. 2017. A History of Islam in Indonesia: Unity in Diversity. Edinburgh: Edinburgh University Press.
Choi, Dong Sull. 1996. “he Process of Islamization and its Impact on Indonesia”, Comparative Civilization Review, vol. 34, Number 34, Spring 1996.
Drewes, G. W. J. 1966. “The Struggle between Javanism and Islam as Illustrated by the Serat Dermagandul”. Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 122: 309-365.
Feener, R. Michael and Anna M. Gade. 1998. Patterns of Islamization in Indonesia: A Curriculum unit for post secondary level eduatiors, Cornell University Southeast Asia Program Outreach.
Graaf, H.J. de and Th.G.Th. Pigeaud (1976). Islamic states in Java, 1500–1700: Eight Dutch books and articles by Dr H.J. de Graaf as summarized by Theodore G.Th. Pigeaud. The Hague: Martinus Nijhoff. [Verhandelingen KITLV 70.].
Johns, A. H. 'Islam in Southeast Asia: Reflections and new directions'. Indonesia no. 19 (Apr. 1975), pp. 33-55.
--. 'Malay Sufism, as illustrated in an anonymous collection of 17th century tracts'.JMBRAS vol. 30, pt. 2 (no. 178) (Aug. 1957).
--'Sufism as a category in Indonesian literature and history'. jSEAH vol. 2, no. 2 (July 1961), pp. 10-23.
Johns, A.H. (1993). ‘Islamisation in Southeast Asia: Reflections and reconsiderations with special reference to the role of Sufism’, Southeast Asian Studies 31–1:43–61.
Lombard, Denys, and Claudine Salmon (1985). ‘Islam et Sinité’, Archipel 30–1:73–94.
Pelras, Christian. 1985. “Religion, Tradition and the Dynamics of Islamization in South-Sulawesi”. In: Archipel, volume 29, 1985. L'Islam en Indonésie I. pp. 107-135;
Pitsuwan, Surin (1985). Islam and Malay Nationalism: A Case Study of theMalay Muslims of Southern Thailand. Bangkok: Thammasat University, Thai Khadi Research Institute.
Reid, Anthony, 1984. The lslamization of Southeast Asia https://books.google.co.id/books/about/The_Islamization_of_Southeast_Asia.html.
Ricklefs, M. C. 1981. A History of Modern Indonesia c. 1300 to the present, Macmillan Asian Histories Series.
Ricklefs, M. C. 'Banten and the Dutch in 1619: Six early "pasar Malay" letters'. BSOAS vol. 39, pt. 1 (1976), pp. 128-36.
Ricklefs, M.C. (2006). Mystic Synthesis in Java: A History of Islamization from the Fourteenth to the early Nineteenth Centuries. Norwalk, CT: East Bridge Signature Books.
Sunarso, Ali. “Historiography of Indonesian Islam, Historical Analysis of the Transitional Era of Social and Political System in Java in the 15-16th Century and the Contribution of Javanese Kings in Islamization”, International Journal of Islamic Studies and Humanities, Volume 1, Number 1, April 2018: 9-20.
Berikan komentar ringkas
Kelompok 1. Berikan gambaran ringkas tentang kondisi sosial dan budaya Timur Tengah sebelum Islam
Kelompok 2: Berikan rincian singkat beberapa teori tentang proses Islamisasi di Indonesia
Kelompok 3: Tuangkan tahapan waktu perkembangan Islam di Indonesia dari awal masuknya sampai berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
Kelompok 4: Uraikan peran para cendekiawan (ulama) dalam penyebaran agama Islam di Indonesia
Kelompok 5: Berikan gambaran ringkas tengang jenis kebudayaan Islam baik yang bersifat tangible maupun intangible di Indonesia
Kelompok 6: Uraikan peran masyarakat Islam dalam menghadapi penjajahan dan pembentukan Negara kesatuan Republik Indonesia