http://lipsus.kontan.co.id/v2/tanjunglesung/read/245/Jalan_Panjang_Menuju_Destinasi_Wisata_Kelas_Dunia
JAKARTA.
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung diresmikan
operasionalnya oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 23 Februari 2015.
Harapan besar disematkan pada kawasan wisata seluas 1.500 hektare (ha)
yang terletak di Provinsi Banten ini. Namun, setelah berdiri lebih dari
20 tahun, Tanjung Lesung belum bisa berkontribusi banyak bagi
pengembangan ekonomi di wilayah sekitarnya.
Dengan potensi wisata yang indah, Tanjung Lesung diharapkan bisa
menjadi magnet baru dan menyedot investasi senilai total Rp 4,8 triliun
sampai tahun 2022. Harapan ini bisa tercapai jika janji Jokowi untuk
menyelesaikan pembangunan jalan tol antara Serang-Panimbang bisa
terealisasi.
Tanjung Lesung terletak di Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang,
Provinsi Banten. Semenanjung yang menghadap Provinsi Lampung di Pulau
Sumatera, berbatasan dengan Teluk Lada dan berhadapan langsung dengan
Selat Sunda dan Gunung Krakatau. Dengan potensi alam yang indah dan
pantai sepanjang 13 kilometer (km), tempat wisata yang dikelola PT
Banten West Java (BWJ) Tourism Development, anak usaha PT Jababeka Tbk
(KIJA) ini belum begitu populer di Tanah Air.
Akses transportasi
menjadi alasan mengapa Tanjung Lesung yang hanya berjarak 180 kilometer
dari Ibu Kota Jakarta ini “mati suri”. Setelah sekitar 20 tahun
berdiri, Tanjung Lesung masih terkendala akses transportasi yang kurang
memadai. Bayangkan, untuk bisa menikmati pantai Tanjung Lesung yang
bening dengan pemandangan Gunung Krakatau, Anda harus berkendara mobil
minimal 5-6 jam perjalanan dari Jakarta, tanpa macet. Jika macet, waktu
perjalanan bakal lebih panjang lagi.
Dari Jakarta Anda bisa menggunakan dua jalur perjalanan darat dengan kendaraan pribadi menuju Tanjung Lesung. Jalur pertama melewati jalan tol Jakarta-Merak menuju Serang, Pandeglang, Labuhan, Panimbang, dan Tanjung Lesung. Rute kedua, melewati Jalan Tol Jakarta-Merak, Jalan Raya Anyer, Pantai Carita, Labuhan, dan Tanjung Lesung.
Jika
Anda memilih rute kedua, jarak tempuh dari Jakarta menuju Tanjung
Lesung bertambah 20 kilometer. Namun, rute ini menawarkan pemandangan
wisata pantai Carita dan Anyer yang indah. Sedangkan untuk rute pertama,
Anda hanya akan disuguhi deretan pemukiman dan toko-toko di sepanjang
jalan, layaknya sebuah kota kecil yang sedang berkembang.
Secara
umum kondisi jalan menuju Tanjung Lesung, baik melalui Pandeglang
maupun Anyer, relatif mulus. Hanya ada beberapa titik jalan yang
berlubang dan rusak disepanjang Pantai Anyer dan Pantai Carita. Tak
perlu takut tersesat, papan penunjuk jalan akan banyak ditemui terutama
jika Anda melewati rute Serang-Pandeglang.
Sampai wilayah
Panimbang, tepatnya pertigaan Pulau Umang dan Tanjung Lesung, Anda harus
melewati jalanan yang lebih sempit. Jalan yang hanya bisa dilewati dua
mobil ini menjadi satu-satunya akses menuju Tanjung Lesung. Di sisi
kanan jalan, Anda akan bisa melihat pemandangan Teluk Lada dengan
bagang-bagang pencari ikan dan beberapa penginapan atau home stay.
Saat
KONTAN mengunjungi tempat wisata ini akhir April 2015 lalu, di
sepanjang pantai yang menuju Tanjung Lesung kelihatan keruh dan kotor.
Menurut Moh. Ali Fadillah, Kepala Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata
Provinsi Banten, pantai di Teluk Lada memang keruh karena banyak sungai
bermuara di sana. “Banyak endapan lumpur yang terbawa oleh aliran
sungai, apalagi di atas sungai-sungai itu merupakan areal pertanian,”
katanya.
Mengenai jalan masuk ke KEK Tanjung Lesung yang relatif
sempit, Ali berkilah, pemerintah telah mendata dan memasukkan
jalur-jalur transportasi termasuk juga jembatan penghubung ke Tanjung
Lesung ke jalan provinsi. Oleh karena itu rencananya, tahun ini jalan
masuk ke Tanjung Lesung akan diperbaiki dan diperlebar oleh Pemrov
Banten.
Di sepanjang jalan, tampak pula sejumlah home stay yang berada di pingir kanan jalan menuju Tanjung Lesung, sepi. Maklum saat itu adalah hari kerja. Home stay
yang bertarif sekitar Rp 300.000 sampai Rp 400.000 tersebut ramai saat
akhir pekan atau musim liburan. “Tarif segitu sudah sama makan, biasanya
penuh saat akhir pekan atau liburan,” kata Sari, salah satu pengelola
Adam Home Stay di Tanjung Lesung.
Ada juga penginapan pinggir
pantai yang menawarkan tarif Rp 1,5 juta untuk rumah panggung yang bisa
dipakai untuk 10 orang. Untuk tipe lebih besar yang bisa digunakan
untuk 20 orang, penginapan itu menawarkan tarif sekitar Rp 2 juta sampai
dengan Rp 2,5 juta, plus makan 2 kali sehari.
Home stay ini biasanya ramai di akhir pekan atau waktu liburan. Selain bisa menikmati pemandangan alam dan water sport di Tanjung Lesung, wisatawan domestik yang menginap di home stay juga bisa menyewa perahu untuk snorkling atau menuju pulau lain di sekitar wilayah itu, seperti Pulau Panaitan.
Setelah melewati deretan home stay,
Anda akan masuk lokasi wisata Tanjung Lesung. Melewati tugu selamat
datang, nuansa wisata makin terasa. Penat setelah 6 jam perjalanan
langsung hilang. Deretan pohon trembesi besar memayungi sepanjang
perjalanan memasuki lokasi wisata yang sudah ditetapkan menjadi Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) tersebut. Kesan kotor dan semrawut yang hinggap di
kepala saat perjalanan menjadi hilang.
KEK Tanjung Lesung
berdiri di atas lahan 1.500 hektare (ha). Wilayah ini akan dikembangkan
sebagai International World Class Destination. Di atasnya BWJ akan
mengembangkan kawasan wisata dengan konsep mixed development yang terdiri stars resort, golf course, hotel, theme park, residential dan lain-lain. Proyek ini ditargetkan rampung tahun 2022.
Tanjung
Lesung sejatinya merupakan proyek lama yang sempat mangkrak ketika
krisis moneter 1998. Pemegang saham PT Banten West Java Tourism
Development (BWJ) selaku pengembang kawasan Tanjung Lesung kemudian
menjual sahamnya kepada Jababeka pada 2012
- See more at:
http://lipsus.kontan.co.id/v2/tanjunglesung/read/245/Jalan_Panjang_Menuju_Destinasi_Wisata_Kelas_Dunia#sthash.GKyHc7xW.dpuf
Tanjung Lesung, Harapan Dunia Pariwisata Banten
JAKARTA.
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung diresmikan
operasionalnya oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 23 Februari 2015.
Harapan besar disematkan pada kawasan wisata seluas 1.500 hektare (ha)
yang terletak di Provinsi Banten ini. Namun, setelah berdiri lebih dari
20 tahun, Tanjung Lesung belum bisa berkontribusi banyak bagi
pengembangan ekonomi di wilayah sekitarnya.
Dengan potensi wisata yang indah, Tanjung Lesung diharapkan bisa
menjadi magnet baru dan menyedot investasi senilai total Rp 4,8 triliun
sampai tahun 2022. Harapan ini bisa tercapai jika janji Jokowi untuk
menyelesaikan pembangunan jalan tol antara Serang-Panimbang bisa
terealisasi.
Tanjung Lesung terletak di Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang,
Provinsi Banten. Semenanjung yang menghadap Provinsi Lampung di Pulau
Sumatera, berbatasan dengan Teluk Lada dan berhadapan langsung dengan
Selat Sunda dan Gunung Krakatau. Dengan potensi alam yang indah dan
pantai sepanjang 13 kilometer (km), tempat wisata yang dikelola PT
Banten West Java (BWJ) Tourism Development, anak usaha PT Jababeka Tbk
(KIJA) ini belum begitu populer di Tanah Air.
Akses transportasi
menjadi alasan mengapa Tanjung Lesung yang hanya berjarak 180 kilometer
dari Ibu Kota Jakarta ini “mati suri”. Setelah sekitar 20 tahun
berdiri, Tanjung Lesung masih terkendala akses transportasi yang kurang
memadai. Bayangkan, untuk bisa menikmati pantai Tanjung Lesung yang
bening dengan pemandangan Gunung Krakatau, Anda harus berkendara mobil
minimal 5-6 jam perjalanan dari Jakarta, tanpa macet. Jika macet, waktu
perjalanan bakal lebih panjang lagi.
Dari Jakarta Anda bisa menggunakan dua jalur perjalanan darat dengan kendaraan pribadi menuju Tanjung Lesung. Jalur pertama melewati jalan tol Jakarta-Merak menuju Serang, Pandeglang, Labuhan, Panimbang, dan Tanjung Lesung. Rute kedua, melewati Jalan Tol Jakarta-Merak, Jalan Raya Anyer, Pantai Carita, Labuhan, dan Tanjung Lesung.
Jika
Anda memilih rute kedua, jarak tempuh dari Jakarta menuju Tanjung
Lesung bertambah 20 kilometer. Namun, rute ini menawarkan pemandangan
wisata pantai Carita dan Anyer yang indah. Sedangkan untuk rute pertama,
Anda hanya akan disuguhi deretan pemukiman dan toko-toko di sepanjang
jalan, layaknya sebuah kota kecil yang sedang berkembang.
Secara
umum kondisi jalan menuju Tanjung Lesung, baik melalui Pandeglang
maupun Anyer, relatif mulus. Hanya ada beberapa titik jalan yang
berlubang dan rusak disepanjang Pantai Anyer dan Pantai Carita. Tak
perlu takut tersesat, papan penunjuk jalan akan banyak ditemui terutama
jika Anda melewati rute Serang-Pandeglang.
Sampai wilayah
Panimbang, tepatnya pertigaan Pulau Umang dan Tanjung Lesung, Anda harus
melewati jalanan yang lebih sempit. Jalan yang hanya bisa dilewati dua
mobil ini menjadi satu-satunya akses menuju Tanjung Lesung. Di sisi
kanan jalan, Anda akan bisa melihat pemandangan Teluk Lada dengan
bagang-bagang pencari ikan dan beberapa penginapan atau home stay.
Saat
KONTAN mengunjungi tempat wisata ini akhir April 2015 lalu, di
sepanjang pantai yang menuju Tanjung Lesung kelihatan keruh dan kotor.
Menurut Moh. Ali Fadillah, Kepala Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata
Provinsi Banten, pantai di Teluk Lada memang keruh karena banyak sungai
bermuara di sana. “Banyak endapan lumpur yang terbawa oleh aliran
sungai, apalagi di atas sungai-sungai itu merupakan areal pertanian,”
katanya.
Mengenai jalan masuk ke KEK Tanjung Lesung yang relatif
sempit, Ali berkilah, pemerintah telah mendata dan memasukkan
jalur-jalur transportasi termasuk juga jembatan penghubung ke Tanjung
Lesung ke jalan provinsi. Oleh karena itu rencananya, tahun ini jalan
masuk ke Tanjung Lesung akan diperbaiki dan diperlebar oleh Pemrov
Banten.
Di sepanjang jalan, tampak pula sejumlah home stay yang berada di pingir kanan jalan menuju Tanjung Lesung, sepi. Maklum saat itu adalah hari kerja. Home stay
yang bertarif sekitar Rp 300.000 sampai Rp 400.000 tersebut ramai saat
akhir pekan atau musim liburan. “Tarif segitu sudah sama makan, biasanya
penuh saat akhir pekan atau liburan,” kata Sari, salah satu pengelola
Adam Home Stay di Tanjung Lesung.
Ada juga penginapan pinggir
pantai yang menawarkan tarif Rp 1,5 juta untuk rumah panggung yang bisa
dipakai untuk 10 orang. Untuk tipe lebih besar yang bisa digunakan
untuk 20 orang, penginapan itu menawarkan tarif sekitar Rp 2 juta sampai
dengan Rp 2,5 juta, plus makan 2 kali sehari.
Home stay ini biasanya ramai di akhir pekan atau waktu liburan. Selain bisa menikmati pemandangan alam dan water sport di Tanjung Lesung, wisatawan domestik yang menginap di home stay juga bisa menyewa perahu untuk snorkling atau menuju pulau lain di sekitar wilayah itu, seperti Pulau Panaitan.
Setelah melewati deretan home stay,
Anda akan masuk lokasi wisata Tanjung Lesung. Melewati tugu selamat
datang, nuansa wisata makin terasa. Penat setelah 6 jam perjalanan
langsung hilang. Deretan pohon trembesi besar memayungi sepanjang
perjalanan memasuki lokasi wisata yang sudah ditetapkan menjadi Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) tersebut. Kesan kotor dan semrawut yang hinggap di
kepala saat perjalanan menjadi hilang.
KEK Tanjung Lesung
berdiri di atas lahan 1.500 hektare (ha). Wilayah ini akan dikembangkan
sebagai International World Class Destination. Di atasnya BWJ akan
mengembangkan kawasan wisata dengan konsep mixed development yang terdiri stars resort, golf course, hotel, theme park, residential dan lain-lain. Proyek ini ditargetkan rampung tahun 2022.
Tanjung
Lesung sejatinya merupakan proyek lama yang sempat mangkrak ketika
krisis moneter 1998. Pemegang saham PT Banten West Java Tourism
Development (BWJ) selaku pengembang kawasan Tanjung Lesung kemudian
menjual sahamnya kepada Jababeka pada 2012
- See more at:
http://lipsus.kontan.co.id/v2/tanjunglesung/read/245/Jalan_Panjang_Menuju_Destinasi_Wisata_Kelas_Dunia#sthash.GKyHc7xW.dpuf
JAKARTA.
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung diresmikan
operasionalnya oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 23 Februari 2015.
Harapan besar disematkan pada kawasan wisata seluas 1.500 hektare (ha)
yang terletak di Provinsi Banten ini. Namun, setelah berdiri lebih dari
20 tahun, Tanjung Lesung belum bisa berkontribusi banyak bagi
pengembangan ekonomi di wilayah sekitarnya.
Dengan potensi wisata yang indah, Tanjung Lesung diharapkan bisa
menjadi magnet baru dan menyedot investasi senilai total Rp 4,8 triliun
sampai tahun 2022. Harapan ini bisa tercapai jika janji Jokowi untuk
menyelesaikan pembangunan jalan tol antara Serang-Panimbang bisa
terealisasi.
Tanjung Lesung terletak di Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang,
Provinsi Banten. Semenanjung yang menghadap Provinsi Lampung di Pulau
Sumatera, berbatasan dengan Teluk Lada dan berhadapan langsung dengan
Selat Sunda dan Gunung Krakatau. Dengan potensi alam yang indah dan
pantai sepanjang 13 kilometer (km), tempat wisata yang dikelola PT
Banten West Java (BWJ) Tourism Development, anak usaha PT Jababeka Tbk
(KIJA) ini belum begitu populer di Tanah Air.
Akses transportasi
menjadi alasan mengapa Tanjung Lesung yang hanya berjarak 180 kilometer
dari Ibu Kota Jakarta ini “mati suri”. Setelah sekitar 20 tahun
berdiri, Tanjung Lesung masih terkendala akses transportasi yang kurang
memadai. Bayangkan, untuk bisa menikmati pantai Tanjung Lesung yang
bening dengan pemandangan Gunung Krakatau, Anda harus berkendara mobil
minimal 5-6 jam perjalanan dari Jakarta, tanpa macet. Jika macet, waktu
perjalanan bakal lebih panjang lagi.
Dari Jakarta Anda bisa menggunakan dua jalur perjalanan darat dengan kendaraan pribadi menuju Tanjung Lesung. Jalur pertama melewati jalan tol Jakarta-Merak menuju Serang, Pandeglang, Labuhan, Panimbang, dan Tanjung Lesung. Rute kedua, melewati Jalan Tol Jakarta-Merak, Jalan Raya Anyer, Pantai Carita, Labuhan, dan Tanjung Lesung.
Jika
Anda memilih rute kedua, jarak tempuh dari Jakarta menuju Tanjung
Lesung bertambah 20 kilometer. Namun, rute ini menawarkan pemandangan
wisata pantai Carita dan Anyer yang indah. Sedangkan untuk rute pertama,
Anda hanya akan disuguhi deretan pemukiman dan toko-toko di sepanjang
jalan, layaknya sebuah kota kecil yang sedang berkembang.
Secara
umum kondisi jalan menuju Tanjung Lesung, baik melalui Pandeglang
maupun Anyer, relatif mulus. Hanya ada beberapa titik jalan yang
berlubang dan rusak disepanjang Pantai Anyer dan Pantai Carita. Tak
perlu takut tersesat, papan penunjuk jalan akan banyak ditemui terutama
jika Anda melewati rute Serang-Pandeglang.
Sampai wilayah
Panimbang, tepatnya pertigaan Pulau Umang dan Tanjung Lesung, Anda harus
melewati jalanan yang lebih sempit. Jalan yang hanya bisa dilewati dua
mobil ini menjadi satu-satunya akses menuju Tanjung Lesung. Di sisi
kanan jalan, Anda akan bisa melihat pemandangan Teluk Lada dengan
bagang-bagang pencari ikan dan beberapa penginapan atau home stay.
Saat
KONTAN mengunjungi tempat wisata ini akhir April 2015 lalu, di
sepanjang pantai yang menuju Tanjung Lesung kelihatan keruh dan kotor.
Menurut Moh. Ali Fadillah, Kepala Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata
Provinsi Banten, pantai di Teluk Lada memang keruh karena banyak sungai
bermuara di sana. “Banyak endapan lumpur yang terbawa oleh aliran
sungai, apalagi di atas sungai-sungai itu merupakan areal pertanian,”
katanya.
Mengenai jalan masuk ke KEK Tanjung Lesung yang relatif
sempit, Ali berkilah, pemerintah telah mendata dan memasukkan
jalur-jalur transportasi termasuk juga jembatan penghubung ke Tanjung
Lesung ke jalan provinsi. Oleh karena itu rencananya, tahun ini jalan
masuk ke Tanjung Lesung akan diperbaiki dan diperlebar oleh Pemrov
Banten.
Di sepanjang jalan, tampak pula sejumlah home stay yang berada di pingir kanan jalan menuju Tanjung Lesung, sepi. Maklum saat itu adalah hari kerja. Home stay
yang bertarif sekitar Rp 300.000 sampai Rp 400.000 tersebut ramai saat
akhir pekan atau musim liburan. “Tarif segitu sudah sama makan, biasanya
penuh saat akhir pekan atau liburan,” kata Sari, salah satu pengelola
Adam Home Stay di Tanjung Lesung.
Ada juga penginapan pinggir
pantai yang menawarkan tarif Rp 1,5 juta untuk rumah panggung yang bisa
dipakai untuk 10 orang. Untuk tipe lebih besar yang bisa digunakan
untuk 20 orang, penginapan itu menawarkan tarif sekitar Rp 2 juta sampai
dengan Rp 2,5 juta, plus makan 2 kali sehari.
Home stay ini biasanya ramai di akhir pekan atau waktu liburan. Selain bisa menikmati pemandangan alam dan water sport di Tanjung Lesung, wisatawan domestik yang menginap di home stay juga bisa menyewa perahu untuk snorkling atau menuju pulau lain di sekitar wilayah itu, seperti Pulau Panaitan.
Setelah melewati deretan home stay,
Anda akan masuk lokasi wisata Tanjung Lesung. Melewati tugu selamat
datang, nuansa wisata makin terasa. Penat setelah 6 jam perjalanan
langsung hilang. Deretan pohon trembesi besar memayungi sepanjang
perjalanan memasuki lokasi wisata yang sudah ditetapkan menjadi Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) tersebut. Kesan kotor dan semrawut yang hinggap di
kepala saat perjalanan menjadi hilang.
KEK Tanjung Lesung
berdiri di atas lahan 1.500 hektare (ha). Wilayah ini akan dikembangkan
sebagai International World Class Destination. Di atasnya BWJ akan
mengembangkan kawasan wisata dengan konsep mixed development yang terdiri stars resort, golf course, hotel, theme park, residential dan lain-lain. Proyek ini ditargetkan rampung tahun 2022.
Tanjung
Lesung sejatinya merupakan proyek lama yang sempat mangkrak ketika
krisis moneter 1998. Pemegang saham PT Banten West Java Tourism
Development (BWJ) selaku pengembang kawasan Tanjung Lesung kemudian
menjual sahamnya kepada Jababeka pada 2012
- See more at:
http://lipsus.kontan.co.id/v2/tanjunglesung/read/245/Jalan_Panjang_Menuju_Destinasi_Wisata_Kelas_Dunia#sthash.GKyHc7xW.dpuf