samedi 17 mai 2014

Cingagoler Honey - Indonesia on Slow Food Jabodetabok Indonesia

Cingagoler Honey - Indonesia - Honeys and Bee-related Products | Ark of Taste | Slow Food Foundation for Biodiversity



http://www.slowfoodfoundation.com/ark/details/1877/cingagoler-honey

Info dari kegiatan:
Slow Food Foundation for Biodiversity
Ark of Taste
Category: Honeys and Bee-related Products
Indonesia | BANTEN PROVINCE

Cingagoler Honey
Madu Cingagoler

Madu lebah sangat penting di Indonesia. Demikian juga di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, sebelah barat Pulau Jawa, penduduk Kampung Cingagoler, Desa Panyaungan, Kecamatan Cihara. Secara tradisional penduduk setempat memiliki hubungan kuat dengan habitat lebah, dan meyakini bahwa keberadaan sarang nyiruan di rumah-rumah mereka akan mendatangkan keberuntungan, kemakmuran dan hidup secara harmonis antara manusia, lebah dengan lingkungan alamnya. Lebah nyiruan (Avis cerana) dipelihara selama dua atau tiga bulan, kemudian apabila sudah datang musim panen, mereka akan membuka sarang-sarang lebah itu untuk mengambil madu, pollen dan termasuk lebahnya itu sendiri.

Di Kampung Cingagoler, lebah madu tropis (jenis lebih Asia) yang dapat beradaptasi dengan iklim setempat, menghasilkan madu, yang kemudian disebut Madu Cingagoler. Sekelompok pemuda kreatif yang telah menghimpun diri dalam “Komunitas Macing” telah mengorganisir sebagai kelompok usaha madu lebah lokal.

Melalui kegiatan komunitas tersebut, lebah-lebah lokal dipelihara berkat pengetahuan mereka yang diwarisi secara turun-temurun, mulai dari pencarian di hutan atau di kebun dengan menempatkan sarang pada habitat aslinya, sampai memindahkan sarang ke sekitar rumah mereka untuk untuk diambil madu dan hasil lainnya dari lebah.

Tradisi memelihara lebah nyiruan itu menunjukkan adanya hubungan saling menguntungkan dengan tumbuh-tumbuhan setempat, membantu penyerbukan pohon aren dan kelapa, yang memberi rasa unik pada madu Cingagoler. Madu yang dihasilkan berwarna coklat tua dan memiliki aroma bunga kelapa dan aren, bergantung pada musim saat lebah-lebah itu mengumpulkannya.
Lebah madu itu sendiri juga digunakan sebagai sumber makanan, dan pada umumnya dikonsumsi masyarakat setempat dalam sajian pais nyiruan atau pepes nyiruan. Jenis kuliner khas ini dibuat dari lebah-lebah muda yang dikukus dengan menggunakan daun pisang, dan diberi bumbu bawang dan garam. Ada juga santapan sayur nyiruan sebagai makanan olahan lain dari lebah setempat, dibuat dari anak-anak lebah yang dimasak dengan campuran bumbu kunyit, bawang putih, bawang bawang, garam dan bumbu lainnya.
Madu Cingagoler dijual dalam jumlah terbatas, terutama setelah panen, dan juga secara tradisional dibuat sebagai bagian dari usaha kelompok dan sebagai bahan obat-obatan oleh masyarakat setempat. Namun perubahan iklim dan lingkungan sekitar  dirasakan membawa dampak buruk bagi kehidupan lebah. Pada tahun 2012, Komunitas Macing mencatat sekitar 250 sarang dipelihara di rumah-rumah penduduk, dan pada tahun 2014 hanya 150 sarang saja. Selain mengurangi keberadaan pohon aren dan kelapa sebagai sumber nutrisi lebah, penggalian bahan tambang dan pembangunan pabrik semen di daerah itu juga berdampak pada degradasi habiat lebah, yang membuat ketidakpastian bagi masa depan madu Cingagoler dan tradisi pangan olahan lebah madu lokal.

Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire