mercredi 29 avril 2020

MUSEUM SEBAGAI SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN


MATERI PEMBELAJARAN
MK ARSIP, MUSEUM DAN DOKUMENTASI
Pertemuan Ke-14 Work from Home
Rabu. 29 April 2020 Pkl 07.30 - 09.10



Materi Kuliah
MUSEUM SEBAGAI SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN
Oleh Moh Ali Fadillah


The basic understanding of the museum as a permanent and non-profit institution suggests that the museum does not have professional performance in serving the community.However the definition also contained “communicating” the collection objects for the benefits of education, research, end enjoyment so the museum must alos provide public service in the form of providing information in effective and efficient ways and programs.



Materi kuliah hari ini (Rabu 29/052020) difokuskan pada topik “Museum sebagai media pembelajaran”. Ada tiga pertanyaan penting terkait tema yaitu: Pertama, berkenaan dengan apakah tujuan pendirian museum. Kedua, apa pentingnya benda koleksi yang dipamerkan di museum, dan Ketiga, apa manfaatnya bagi masyarakat.
Mari mulai dengan menjawab satu demi satu dari pertanyaan di atas. Secara teoretis, pelayanan publik merupakan upaya untuk memberikan akses dan fasilitas kepada masyarakat (pengunjung) dalam memperoleh informasi, manfaat museum, dan peran serta publik dalam pengembangan museum, sesuai dengan tugas dan fungsi museum. Sedangkan dalam prakteknya, karena spesifikasi museum sedemikian khusus, maka ujud pelayanan publik museum mengkhususkan diri pada bimbingan edukatif kepada pengunjung yang ditunjang dengan berbagai kegiatan, baik secara aktif (direct interaction) melalui visitasi maupun pasif (indirect intraction) melalui jaringan maya.




Untuk membangun hubungan yang ideal antara museum (supply factor) dengan masyarakat (demand factor) diperlukan adanya kegiatan promosi yang ditujukan untuk mempertemukan kebutuhan kognitif dan rekreatif dengan fungsi museum sebagai penyedia informasi sekaligus melayani masyarakat dalam memanfaatkan museum sebagai lembaga edukasi. Dalam rangka pelayanan publik tersebut, museum dapat menerapkan strategi melalui kegiatan standar seperti: bimbingan edukasi, publikasi, dan membangun kemitraan yang saling menguntungkan dengan masyarakat secara berkesinambungan. Dengan cara itu, masyarakat dari berbagai lapisan sosial diharapkan dapat mengenal museum sebagai sumber referensial ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan unsur-unsur budaya lainnya, dan sekaligus juga sebagai media pembelajaran masyarakat dalam mengetahui, memahami, mendalami, mengapresiasi dan mengaplikasikan sumber-sumber pengetahuan tersebut dalam membangun karakter, identitas budaya, dan kecerdasan kognitif dan emotif.

Beri komentar ringkas:
Ada gagasan, bagaimana bimbingan edukatif secara on-line …?

Sumber dan Media Edukasi

Mendiskusikan museum sebagai sumber dan media edukasi, pertama terkait dengan raison d’tre (alasan keberadaan) suatu museum, karena museum sendiri adalah sumber pembelajaran penting yang sekarang telah menjadi disiplin khusus: museology dan di beberapa perguruan tinggi menjadi program study. Membicarakan museum selalu memberi kesan tentang “masa lalu” karena awal pendiriannya memang dimulai dari hobi para kolektor barang kuno menghimpun dan memamerkannya. Kendati tidak dipandang ilmiah, tetapi bisa dibilang masuk akal, sebab hal itu merupakan bagian dari cultural awareness of the past or living culture. Kenyataannya, sampai sekarangpun, masa lalu selalu dibayangkan memiliki eksotisme atau romantisme dan tersimpan sebagai collective memory suatu komunitas atau kelompok masyarakat. Dari perspektif ini beralasan jika masa lalu juga dipandang sebagai elemen vital dalam kehidupan sosial masa kini, sehingga timbul sens of belonging (to a place or a traditions) dari masyarakat intra atau antarbudaya. 

Kesadaran akan pentingnya masa lalu itu selalu terasosiasi dengan identifikasi diri pada elemen-elemen budaya material kepada mana identitas etnik dilekatkan, baik karena memiliki direct signification (paradigma primordial) ataupun indirect signification (paradigma instrumental) dalam domain antropologi budaya atau sosiologi khususnya dalam kajian etnisitas (ethnicity). Dorongan inward awareness to cultural heritage tersebut kemudian menjadi dasar membangun identitas kolektif yang mengacu pada fakta-fakta sejarah dan tradisi. Jadi mengapa masa lalu penting, itu lebih disebabkan oleh adanya persepsi bahwa the past is a living component of present-day life. Maka beralasan jika masa lalu merupakan bagian penting dari collective memory dan hal itu melekat pada warisan budaya yang dalam kamus museology lebih dikenal sebagai collection objects (benda koleksi).

Transformasi fungsi museum tersirat dari definisinya, sebagaimana dirumuskan oleh International Council of Museum (1989), yaitu sebagai “non-profit making, permanent institution in the sevice of society and of its development, and open to public, which acquire, conserves, researches, communicates and exhibits, for the purposes of study, education and enjoyment, material evidence of man and his environment”. Dari mission statement itu menunjukkan substansi museum adalah untuk tujuan riset (study), pendidikan selain yang konvensional; untuk kesenangan.

Terkait dengan substansi museum, Burcaw (1981) dan Edson (1996) melalui Smithsonian Institute of America mempertergas dengan menyatakan bahwa pendirian museum adalah ”... to increase and diffusion of knowledge among men”. Pernyataan ini menunjukkan orientasi museum pada pengembangan ilmu pengetahuan, karena memang koleksi museum merupakan hasil studi terhadap benda alam dan budaya yang pada gilirannya menjadi media edukasi. Maka pada posisi inilah museum bisa dikatakan sebagai lembaga edukasi. Fungsi ini menandai perubahan paradigm museum, dari sekedar “terpusat pada benda” menjadi “terpusat pada komunitas”. Beralasan jika kemudian dikatakan bahwa peran the modern museum lebih kepada “public service” yang menitikberatkan fungsi pada transfer of knowledge kepada publik; meninggalkan tradisi lama yang hanya untuk pemenuhan preferensi individu atau kelompok tertentu. Tolak ukur museum dengan demikian bertumpu pada bagaimana museum dapat mewujudkan “kebermanfaatan bagi masyarakat”.

Berikan komentar ringkas:
Perbedaan paradigma museum antara “terpusat pada benda” (objects centered) dan “terpusat pada komunitas” (community centered) sepertinya sudah tersirat, ada komentar bagaimana detilnya …?

Kedua berkenaan dengan soal pentingnya benda koleksi museum bagi publik. Membahas pertanyaan ini mengharuskan kita melihat proses perkembangan museum sejak awal abad XX dan lebih signifikan lagi menjelang abad XXI yang kerap disebut sebagai “era baru museum”. Semangatnya adalah untuk membuang jauh prasangka lama bahwa “museum sebagai gudang barang kuno”. Atau meminjam istilah Edward Alexander (1979) dianggap sebagai cabinet of curiousity. Kemajuan Iptek dan perkembangan kebudayaan di dunia mengharuskan museum meninggalkan masa lalu yang “kuno”, “seram” atau terkadang berbau “mistik”, meskipun kesan itu masih ada terutama diarahkan pada museum yang memanfaatkan bangunan tua, bahkan beberapa sudah berkategori cagar budaya. Namun koleksinya tak selalu seperti itu. Kekunaan biasanya hanya menampilkan kronologi peradaban manusia, dari awal sampai dengan yang mutakhir, juga menggunakan pendekatan modern: riset ilmiah, metode, peralatan, dan penyajian dan profesionalisme. Maka dalam display museum selalu menampilkan perkembangan apakah itu dalam aspek teknologi, ekonomi, ataupun sosial dan budaya.

Melalui benda koleksinya museum dapat memberi manfaat bagi masyarakat dalam kehidupan masa kini dan referensi ke masa depan. Benda koleksi menjadikan museum lebih hidup karena penemuan ilmiah (hasil riset) atas benda tersebut akan memanggungkan kembali pengalaman dari kehidupan masa lalu dan pencerahan bagi kehidupan masa yang akan datang. Dalam konteks hubungan itulah bisa diumpamakan “museum tanpa koleksi adalah ruang hampa dan koleksi tanpa museum adalah lapak barang rongsok”. Atau, lebih konkritnya, boleh juga meminjam istilah Burcaw (1975) bahwa “Museum are concern with object and objects are starting point of museum”, bisa diartikan bahwa sebuah museum  ditentukan terutama  dari  koleksi yang dimilikinya.

Dari proses pengadaaan, penerimaan, pemilihan, penelitian, sampai menentukan satu atau kelompok benda bakal koleksi terpilih menjadi koleksi museum, membutuhkan disiplin ilmu tertentu. Maka dilihat dari proses musealisation (meminjam istilah Dr. Irmawati M. Johan; disampaikan pada “Seminar Pendirian Museum Negeri Provinsi Banten” di Anyer 2006), benda koleksi museum telah teruji secara ilmiah memiliki nilai penting daripada sekadar koleksi pribadi. Benda koleksi museum harus memiliki nilai yang sesuai dengan tujuan pendirian museum. Tetapi yang terpenting adalah nilai benda itu sendiri sebagai representasi sejarah, seni, bahasa, teknologi dan aspek-aspek pengetahuan lain yang penting bagi masyarakat.

Berikan komentar ringkas:
Berdasarkan pengalaman, informasi apa yang paling menarik minat dari museum yang saudara kunjungi …?

Dan isu ketiga, apa manfaat museum bagi masyarakat? Alasan penting munculnya pertanyaan itu adalah bertumpu pada mission statement of museum, bagaimana merealisasikan tujuan utama lembaga  nirlaba ini, yaitu for study and education! Masyarakat millennial sekarang, sejalan dengan era informasi, selalu membutuhkan aliran informasi dan data yang dapat digunakan untuk menemukan dunia, mengenali kebudayaan dan juga menciptakan masa depan. Maka untuk memahami pentingnya manfaat museum perlu melihat museum dari sisi supply sedangkan public adalah faktor demand. Dengan melihat museum sebagai satu sistem, maka museum bersama koleksinya tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan masyarakat sebagai penerima manfaat. Pada posisi inilah museum harus dilihat dalam fungsi public service sesuai dengan kebutuhan abad ini.

Dengan demikian keberadaan museum masa kini harus relevan dengan kebutuhan masyarakat. Secara garis besar fungsi museum terbagi ke dalam tiga aspek, yaitu aspek akademis, sosial budaya dan komersial. Namun fungsi benda koleksi museum yang multipurposes sejalan dengan social interest (rasa ingin tahu masyarakat) akan aspek-aspek pengetahuan. Nilai-nilai yang penting bagi kehidupan masa kini dan masa depan semakin kompleks, sekurang-kurangnya mencakup: (1) Symbolic value, yaitu adanya kecenderungan untuk return to older values yang kerap melatari acuan kebanggaan masyarakat pada own culture, (2) Academic value, yaitu benda budaya sebagai sumber informasi bagi berbagai kajian disiplin ilmu seperti arkeologi, sejarah, antropologi, sosiologi, teknologi, seni rupa dan bidang ilmu lainnya, (3) Educative value, yaitu dalam proses belajar-mengajar menuntut berbagai cara baru; dengan kunjungan ke museum akan merangsang imaginasi dan kreativitas, (4) Social  and economic value, yaitu adanya keinginan masyarakat untuk saling mengenal entitas di luar lingkungan budayanya, dan menjadikan museum sebagai salah satu destinasi berbagai paket wisata budaya. Namun agar museum mampu mengarah pada trend itu perlu strategi dan menentukan prioritas dalam pelaksanaan tugas dan fungsi museum. Secara teknis pengelolaan museum adalah urusan para ahli museology dan kurator yang terlibat didalamnya, tetapi dalam menjalankan fungsi edukasi diperlukan keterlibatan public sebagai bagian dari sistem.

Berikan komentar ringkas:
Apakah keempat nilai di atas (simbolik, akademis, edukatif, social-ekonomi) bisa sinergis dengan fungsi museum seperti ilustrasi grafis …?

Public Service
Pelayanan publik diarahkan pada dua sasaran, yaitu pelayanan terhadap pengunjung museum melalui visitasi dan pelayanan non-pengunjung (melalui media on-line). Kedua sasaran tersebut memerlukan pelayanan yang berbeda, baik substansi, mekanisme, dan sarana pelayanannya.

Pelayanan pengunjung
Pengunjung museum, baik sebagai individu maupun dalam kelompok, merupakan market utama museum. Oleh karena itu, pengunjung harus mendapatkan pelayanan prima di museum. Sejalan dengan itu, maka museum harus dapat mengidentifikasi secara cermat tujuan kunjungan dan spesifikasi dari pengunjung tersebut, apakah dilihat dari kategori usia, pendidikan, atau profesi. Mengacu pada data kunjungan ke beberapa museum di Indonesia, motivasi pengunjung museum sangat beraneka ragam, namun pada umumnya kunjungan ke museum didorong oleh rasa ingin mendapatkan pengetahuan sekaligus dapat berekreasi di museum. Demikian pula dilihat dari identitasnya, pengunjung museum pada umumnya dalam bentuk grup, terutama kelompok belajar dan kelompok wisatawan. Tetapi ada juga pengunjung dari profesi khusus, misalnya mahasiwa, pengajar dan peneliti yang membutuhkan layanan khusus terkait dengan tujuan studi ataupun riset di museum.

Bimbingan edukatif merupakan pendekatan yang memang sudah menjadi tugas museum bagi pengunjung dalam rangka mentransformasikan berbagai pengetahuan kepada pengunjung. Dalam kegiatan tersebut, petugas museum harus dapat memberikan informasi koleksi secara baik, benar dan menarik sehingga pengunjung dapat memfokuskan perhatianya pada alur cerita yang direpresentasikan melalui display museum, memperoleh keterangan tekstual dan verbal yang memadai, dan membawa kesan positif terhadap sajian museum. Bimbingan dan edukasi di museum dapat dirinci ke dalam beberapa cara, yaitu: (1) ceramah, (2) lokakarya / seminar, (3) pemutaran film / slide show, (4) bimbingan karya tulis, (5) pameran khusus untuk usia sekolah, termasuk sesi eksperimen penemuan, jenis, karakter dan fungsi konteks fungsi aslinya.

Berikan komentar ringkas:
Bentuk pelayanan edukatif mana yang paling efektif bagi pengunjung khususnya usia sekolah (dasar dan menengah) ...?

Pelayanan non-visitation
Di luar pengunjung museum, masyarakat umum harus dipandang sebagai calon pengunjung. Oleh karena itu, masyarakat harus dilihat sebagai potential market dari museum. Mengingat sifatnya yang potensial, maka pelayanan museum terhadap masyarakat umum diarahkan untuk memenuhi keinginan publik luas yang berkaitan dengan informasi koleksi dan seluruh aspek yang berkaitan dengan fungsi museum. Tujuan utama pelayanan non-visiation tersebut adalah untuk memperkenalkan museum kepada masyarakat luas sehingga dengan mengenal museum melalui jaringan maya, dapat membangkitkan minat untuk mengunjungi museum. Dalam rangka memperkenalkan museum kepada masyarakat luas, museum dapat menyelenggarakan berbagai kegiatan pelayanan publik antara lain: (1) pameran keliling, (2) sosialisasi fungsi museum, (3) penerbitan informasi koleksi dalam bentuk cetakan, digital (multimedia) dan melalui jaringan maya (website, blog dan lainnya). Gagasan dan metode digital museum atau virtual museum sudah banyak diterapkan oleh sejumlah museum.

Berikan komentar ringkas:
Dengan kemajuan bidang IT, orang bisa menjelajahi museum melalui media on-line. Apakah saudara menemukan kepuasan dengan cara itu? Berikan alasannya ... !

Promosi Museum
Apabila museum dianggap sebagai lembaga yang memproduksi informasi tentang berbagai cabang pengetahuan, maka masyarakat adalah pasar yang harus mendapatkan pelayanan secara memadai. Dengan kerangka pikir itu, museum sangat perlu untuk menyiapkan konsep, bentuk dan sasaran pemasaran melalui berbagai kegiatan promosi. Promosi museum adalah suatu kegiatan komunikasi untuk memperkenalkan suatu produk melalui berbagai cara, seperti pameran, periklanan, demonstrasi, seminar, penyebarluasan informasi dan usaha lain yang bersifat informatif dan komunikatif. Berbeda dengan lembaga yang bersifat komersial, pada lembaga museum dengan sifatnya yang nirlaba, kegiatan promosi museum bertujuan untuk membangkitkan minat sekaligus meningkatkan kunjungan masyarakat ke museum, sehingga berbagai informasi tentang museum dan koleksinya mendapat respon dan apresiasi.

Dalam menjalankan tugas tersebut, tolak ukur keberhasilan tidak bersifat finansial (misalnya dari penjualan tiket masuk), tetapi diukur dengan seberapa besar minat dan kunjungan museum. Dengan demikian promosi museum masih tetap mengedepankan aspek tanggung jawab museum sebagai lembaga non-profit dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan memupuk wawasan kebangsaan dengan mengenal dan mengembangkan potensi alam dan budaya. Bentuk promosi museum dengan demikian lebih mengutamakan pendekatan edukatif - kognitif kepada masyarakat berkaitan dengan pentingnya keberadaan museum.

Promosi museum dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan publikasi antara lain: (1) tatap muka interaktif, yaitu kegiatan publikasi yang bersifat interaktif antara museum dan kelompok sasaran. Dengan metode audiensi tersebut diharapakan akan terjadi komunikasi dua arah. Meskipun demikian, metode ini dilihat dari kelompok sasarannya terbatas, namun biasanya sangat efektif dalam mengkomunikasikan subyek museum. Audiensi bisa dilakukan dalam bentuk ceramah, seminar, bimbingan edukasi, penyuluhan, dialog, jumpa pers dan juga press tour di museum, (2) tayangan di media massa, yaitu penerbitan artikel semi populer, ceramah atau dialog interaktif tentang museum di media cetak (surat kabar, tabloid dan majalah nasional dan daerah) dan media elektronik (radio dan televisi, media on-line), sebagai media penyampai pesan, (3) advetorial, yaitu kemasan informasi dalam bentuk pesan-pesan singkat ataupun filler yang bertujuan untuk mengenalkan, membentuk opini, dan membangun citra museum dan berbagai koleksinya. Cara ini harus dilakukan secara intensif pada media yang tepat untuk publik luas. Iklan dapat dikemas dalam bentuk filler untuk siaran televisi, radio Fm, media cetak, running text di televisi, ataupun memanfaatkan media outdoor, seperti balon udara, spanduk dan barang-barang cetakan, seperti poster, kartu pos, kalender, buku, souvenir dan bisa juga berbentuk prangko.

Berikan komentar ringkas:
Ada gagasan, bagaimana promosi museum yang efektif bagi generasi muda …?

Tipe Pembelajaran

Untuk merealisasikan fungsi museum sebagai media edukasi perlu ditetapkan kelompok sasaran, yaitu bisa terbagi ke dalam kategori: usia, pendidikan dan profesi. Kemudian perlu adanya konsep dan kebijakan yang dapat dilaksanakan melalui beberapa program. Melalui media ini pemangku kepentingan dapat mengusulkan beberapa program, antara lain:
1.    Program Mengerti Museum, diarahkan pada output pemahaman masyarakat tentang pentingnya regulasi pelestarian warisan budaya melalui museum. Program ini dapat dilaksanakan melalui kegiatan diseminasi peraturan dan perundang-undangan tentang cagar budaya, pemajuan kebudayaan dan permuseuman. Di sini penting menghadirkan pakar atau praktisi hukum dan ahli arkeologi dan museology dan pakar lain.
2.    Program Preservasi dan Restorasi, diarahkan pada output pengetahuan dasar tentang karakter benda koleksi, proses penyimpanan, perawatan dan display museum. Program ini secara terbatas bisa direalisasikan melalui kegiatan: (1) pelibatan mahasiswa, pelajar atau peminat khusus untuk mengenal techno-archaeology, chimecal archaeology, experimental archaeology, exposition of material culture secara indoor ataupun outdoor, (2) khusus dalam hal archaeological site museum, publik dapat dilibatkan dalam penelitian penyelamatan dan pemugaran di lapangan.
3.    Program Riset dan Publikasi, diarahkan pada output pengetahuan dasar tentang pentingnya koleksi museum dari perspektif keilmuan. Program ini dapat direalisasikan melalui kegiatan (1) riset dokumen, arsip, dan benda-benda koleksi museum, (2) publikasi ilmiah,  semi ilmiah, edisi bergambar, film documenter, (3) partisipasi dan apresiasi selama visitasi museum melalui pembuatan resume, feature, recit de voyage, tugas menulis di sekolah atau kampus, lomba karya ilmiah, lomba melukis, lomba fotografI, lomba poster cagar budaya atau berupa vlog tentang aktivitas museum.
4.    Program Seminar Museum, diarahkan para peningkatan partisipasi publik dalam kegiatan seminar, konferensi, colloqium, workshop, diskusi ilmiah dan lainnya tentang penemuan atau rekayasa teknologi terkait pengembangan permuseuman. Dalam hal ini museum dapat menjalin kerjasama dengan lembaga riset atau studi untuk menyelenggarakan seminar atau temu ilmiah di lingkungan museum atau bisa juga di tempat lain.
5.    Program Kreativitas Budaya diarahkan untuk output peningkatan peran koleksi museum sebagai sumber bagi kreativitas dan inovasi. Program dapat direalisasikan melalui kegiatan: (1) Idea sharing untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang kreatif dan inovatif, menjalin rasa kebersamaan dan kesetaraan dalam kehidupan bermasyarakat mengacu pada nilai-nilai lokal dan universal, (2) Lomba karya ilmiah atau karya tulis semi ilmiah dan animasi tentang koleksi museum sebagai wahana membangkitkan kreativitas dan inovasi generasi muda di lingkungan museum. Partisipasi publik dalam bentuk  pertemuan berkala bersama “Sahabat Museum” sebagai wadah kelembagaan nonforamal dan event organizer bersama komunitas budaya lainnya.
6.    Program Promosi Budaya dengan sasaran output pengenalan brand image museum beserta koleksinya sebagai salah satu icon pariwisata budaya pada suatu daerah. Program bisa dilaksanakan melalui kegiatan (1) Cultural awareness, exhibition for education purposes, mass-media programmes, other educational multimedia, (2) Cultural days’ celebration dengan output exhibition, conservation and  promotional activities, contemporary art exhibition. Partisipasi public berupa Pekan / Festival Museum, Pekan Cagar Budaya, Book festival, Archaeological film week, Pekan teater sejarah – budaya dan lainnya. (3) Cultural Awards dilakukan atas kesepakatan bersama untuk memberikan penghargaan kebudayaan seperti misalnya: Conservationist award, Book award, Film award. Partisipasi publik berupa berbagai event penghargaan: dedikasi pada museum, penggiat budaya, penemu dan penyelamat cagar budaya, anugerah seni lukis cagar budaya, dan penghargaan fotografi cagar budaya.

Berikan komentar ringkas:
Dari keenam tipe pembelajaran museum, mana yang dianggap prioritas bagi siswa dan mahasiswa …?

Note or recommendation
1.    Museum harus mampu mengelola dan mengembangkan kebudayaan daerah dan nasional.
2.    Koleksi museum merupakan aset budaya  nasional yang ada di daerah.
3.  Benda koleksi memiliki nilai pengetahuan, teknologi, spiritual, estetika, sosial dan sekaligus ekonomis harus dipelihara dan dikembangkan untuk kepentingan bangsa.
4. Kekayaan dan keragaman budaya pada setiap koleksi sebagai sarana dalam kegiatan pendidikan, pembelajaran, penelitian, apresiasi, kreativitas dan budaya inovasi.
5.    Keberadaan museum menjadi destinasi pariwisata terutama sebagai obyek edutainment dan edu-cultural tourism yang meniscayakan partisipasi publik.
6. Peningkatan kunjungan ke museum dapat melibatkan partisipasi publik mulai dari perancangan, perencanaan, pengelolaan, dan pelayanan pengunjung museum dari berbagai kalangan masyarakat.

Referensi:
Alexander, Edward P.  (1979), Museum in Motions: An Introduction to the History and Functions of Museums, American Association for State and Local History.
Burcaw, G. Ellis (1981), Introduction to Museum Work, American Association for State and Local History.
Cleere, Henry. 1990. Archaeoloical Heritage Management in the Modern World, London:  Routledge-Unwin Hyman.
Crowther, David (1991), “Archaeology, Material Culture and Museum”, in Susan M. Pearce (ed), Museum Studies in Material Culture, Washington DC, Smithsonian Institution Press.
Edson, Gary (1996),  The Handbook for Museum, Routledge: London & New York.
Hooper, Eilean Greenhill, (1995). Museum, Media Message, New York: Routledge.
ICOM, 2005. Departement if tge Museum Definition According to ICOM (1964-2001)
Sutaarga, Moh. Amir. 1998. Pedoman Penyelenggaraan Permuseuman, Jakarta: Depdikbud.
Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum.