Dari sejumlah fakta masa lalu, seperti juga pernah diformulasikan Christian Pelras untuk masyarakat Bugis (The Bugis, 1998), elemen-elemen modernitas itu tampak pada episode perkembangan masyarakat Banten. Sekurang-kurangnya ada tujuh yang dapat digali dari seluruh fase histroris Banten.
1. Pemikiran rasional
Pertama kita dapat mengangkat “Pemikiran Rasional” sebagai aspek modernitas Banten. Ilmu pengetahuan merupakan unsur yang bisa menjadi tolok ukur kemajuan peradaban sebuah bangsa. Telah lama para ahli membuat kategori penzamanan prasejarah dan sejarah sebagai masa peralihan dari ‘jahiliyah’ menunju ‘pencerahan’. Dalam peralihan zaman itu, pengenalan tulisan menjadi indikator utama pemikiran rasional, di mana pengetahuan dapat ditransfer melalui simbol-simbol bunyi yang terstruktur. Kelahiran para cendekiawan di era itu terutama dimulai dari semangat kepujanggaan, yang merupakan implikasi dari penguasaan teks dan kesusastraaan suci asal India.
Pengetahuan pertama di Banten diberikan oleh
pengenalan bahasa Sanskerta. Prasasti Purnawarman di Cidanghyang menjadi bukti
luasnya penggunaan bahasa itu. Kendati belum jelas tingkat penguasaannya di
Banten, tetapi memberi kemungkinan adanya kepatuhan pada dominasi Tarumanegara
melalui media prasasti itu. Meskipun terlambat, tetapi Banten baru benar-benar
memasuki zaman ‘tulisan’ itu setelah diperkenalkan kebudayaan Islam melalui
bahasa dan aksara Arab. Pengetahuan aksara Arab itulah yang telah membuat
masyarakat Banten terbuka untuk mempelajari ilmu dan kemajuan-kemajuan yang
dicapai bangsa lain, dan kemudian mentransmisikan pengetahuan itu dalam bahasa
Melayu, Jawa dan Sunda dari generasi ke genarasi sebelum dikenalnya sistem
alphabet Latin (Moh. Ali Fadillah).
Aucun commentaire:
Enregistrer un commentaire