Sejak musim penelitian arkeologi
pertama tahun 1976-1977, situs Banten Lama telah menjanjikan sebuah harapan
besar bahwa di masa yang akan datang daerah Banten akan memiliki warisan budaya
yang merepresentasikan entitas budaya penting dalam pentas kebudayaan nasional.
Entitas budaya itu akan mewakili semangat zaman dalam bentuk peradaban Islam
yang dibuktikan oleh keberadaan kompleks kota bercorak Islam.
Beberapa seminar dan
workshop bertaraf nasional dan
internasional telah merekomendasikan urgensi pengerjaan arkeologi baik melalui
penelitian dan pelestarian maupun pengembangannya. Berangkat dari semangat itu,
berbagai program penelitian yang bersifat multi disiplin direalisasikan.
Demikian pula dengan penelitian arkeologi yang sejak itu berlangsung semakin
intensif untuk memetakan dan menghimpun sebanyak mungkin data arkeologi melalui
ekskavasi di seluruh situs Banten Lama.
Penelitian arkeologi
yang dilakukan secara simultan itu telah menghasilkan sejumlah besar struktur /
substruktur bangunan dan artefak yang terasosiasi dengan aktivitas manusia yang
mengokupasi situs Banten Lama sejak awal abad XVI sampai abad XIX. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut, para ahli berkesimpulan bahwa situs Banten Lama
merupakan ibukota Kesultanan Banten yang mencerminkan sistem permukiman kota
dengan berbagai subsistem didalamnya.
Kesimpulan
penelitian itu merekomendasikan perlunya pengamanan, perlindungan dan
pelestarian bangunan, artefak dan situs
Banten Lama, mengingat masih banyak data yang belum terungkap dan terdesposit
di dalam tanah. Maka untuk menjamin
otentisitas sumber informasi arkeologi dan sejarah itu, kompleks situs Banten
Lama harus terbebas dari segala gangguan
atau ancaman yang dapat merusak dan menghilangkan data arkeologi sampai
berakhirnya penelitian. Salah satu upaya itu diarahkan pada penetapan zona inti yang
dipandang sebagai situs utama pengandung artefak dan bukti-bukti arkeologi
lainnya. Dan pada salah satu zona inti itu sekarang telah berdiri sebuah gedung
tempat penyelamatan, perlindungan serta pemeliharaan sekaligus difungsikan
sebagai ruang pamer bagi publik.
Salah satu zona inti
itu terletak di depan benteng Surasowan. Setelah areal itu dipandang steril melalui
serangkaian penelitian arkeologi, dipandang perlu untuk mendirikan bangunan
museum dalam perannya sebagai site museum.
Diharapkan museum tersebut menjadi lembaga resmi yang menyimpan, memelihara dan
memamerkan berbagai hasil penelitian kepada publik baik bagi para saintis
maupun masyarakat umum.
Selesainya
penelitian arkeologi dilanjutkan dengan upaya pemugaran berbagai bangunan yang
dipandang penting dan masih memungkinkan untuk direkonstruksi. Pemerintah
daerah memandang situs Banten Lama sebagai aset yang sangat penting untuk
dikelola dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat yang terutama melalui
kegiatan ziarah dan kunjungan wisatawan ke situs arkeologi Banten Lama.
Mengingat pentingnya
kesinambungan pembinaan dan pengembangan situs Banten Lama, maka perencanaan
tata ruang disusun dan kemudian direalisasikan untuk membangun berbagai
fasilitas umum berupa sarana dan prasarana pendukung dalam konsep tata ruang
terpadu dari “Taman
Wisata Budaya Banten Lama”.
Namun
dalam realisasinya masih ada kendala untuk mewujudkannya. Saat ini kompleks
situs tersebut masuk ke dalam wilayah Kota Serang. Beberapa peneliti dari
Universias Indonesia dan juga dari LIPI pada tahun 2012 pernah melakukan riset
untuk pengembangan situs Banten Lama sebagai salah satu potensi unggulan
daerah. Melalui media ini kiranya para pakar dari berbagai disiplin ilmu perlu
berpartisipasi memberikan sedikit pemikiran, konsep dan strategi untuk
pengembangan sumberdaya budaya peninggalan Kesultanan Banten tersebut. Semangat dari konsep
pemanfaatan dan pengelolaan kawasan bersejarah tersebut didasarkan pada keinginan mengembangkan
situs arkeologi Banten Lama agar tetap memenuhi syarat-syarat kelestarian budaya, lingkungan,
kenyamanan pengunjung dan peningkatan nilai tambah bagi masyarakat setempat (Moh. Ali
Fadillah).
Aucun commentaire:
Enregistrer un commentaire