Seperti sudah diketahui umum bahwa orang Baduy sangat
menghargai alam. Visi ekologi tradisional itu dapat dilihat pada beberapa
lokasi yang masih merupakan kawasan hutan lindung. Demikian pula lingkungan
sekitar desa, tumbuh berbagai jenis pohon seperti aren, sempur, bungur,
kihiang, rasamala, dan berbagai jenis bambu.
Di beberapa bagian hutan, warga Kanekes menerapkan konsep tebang-pilih yang diwujudkan melalui boleh tidaknya jenis pohon tertentu ditebang, baik untuk keperluan bahan rumah tangga maupun upacara. Pendek kata, penebangan itu dibatasi ketersediaan dan masa tumbuh pepohonan baru.
Di beberapa bagian hutan, warga Kanekes menerapkan konsep tebang-pilih yang diwujudkan melalui boleh tidaknya jenis pohon tertentu ditebang, baik untuk keperluan bahan rumah tangga maupun upacara. Pendek kata, penebangan itu dibatasi ketersediaan dan masa tumbuh pepohonan baru.
Karena konsepsi itulah, adat atau pikukuh
menjadi strategis dalam menangani hutan secara proporsional. Ada yang disebut leuweung
kolot untuk hutan di pucak gunung, hulu dan pinggiran sungai.. Sedangkan leuweung
tutupan terletak di lereng gunung dan lembah. Dan yang disebut leuweung
ngora adalah bekas huma yang sudah ditinggalkan lebih dari empat
tahun pada mana pepohonan boleh ditebang dan dibuat huma kembali.
Kategori hutan lain disebut jami, semak belukar dengan beberapa pohon besar. Tipe hutan terakhir ini biasanya ditanami pohon durian, petai, kelapa, dan juga aren. Pohon aren di sini mempunyai peran penting, karena orang Baduy dapat memproduksi gula kawung dalam jumlah besar. Diperkirakan komoditas itu mencapai 25.000 ton per tahun. Daya tarik ekonomi ini telah menyebabkan banyak pedagang datang ke Desa Kanekes untuk memasok pasar Rangkasbitung dan kota lain di Banten dan juga Jakarta (Moh. Ali Fadillah).
Aucun commentaire:
Enregistrer un commentaire