Menunggu Lembaga Litbang Yang Diperhitungkan
Rabu 29 Mei 2013
Rabu 29 Mei 2013
Betulkah Balitbangda (Badan Penelitian dan Pengembangan
Daerah) menjadi tempat berkumpulnya para pemikir? Atau justru tempat
orang-orang buangan yang tak punya kemampuan? Atau orang-orang vokal yang disingkirkan dari lingkaran elit
pemerintah provinsi? Puluhan pejabat lembaga seputar kelitbangan dari berbagai
provinsi berkumpul di Jakarta, pada Selasa dan Rabu (28-29 Mei 2013) memenuhi
undangan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek) untuk menjawab pertanyaan
itu. Mereka adalah para pejabat eselon II
yang memimpin Balitbangda, seperti Kabalitbangda Sumut yakni Alwin, Banten Ali
Fadillah, Jateng Agus Wariyanto, Jatim Priyo Darmawan, Sulsel M Idrus Hafid
atau Kabalitbangda Sultra Bachrun. Hadir
pula pejabat eselon II yang memimpin badan yang wajib melaksanakan tugas
kelitbangan di antara urusan lainnya, seperti Badan Lingkungan Hidup dan
Penelitian NTB Syamsul Hidayat Dilaga dan Kepala Badan Lingkungan Hidup, Riset
dan Teknologi Informasi (Balihristi) Gorontalo Nontje Lakadjo. Para pejabat lainnya dari eselon III yang memimpin kantor
litbang daerah dan pejabat eselon III yang memimpin bidang atau unit pelaksana
teknis daerah (UPTD) di bawah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
juga turut hadir. Selain itu ada juga
pejabat eselon II yang memimpin biro di bawah Sekretariat Daerah dengan tupoksi
kelitbangan dilakukan oleh suatu bagian dipimpin pejabat eselon III. Mereka semua diwajibkan menguatkan fungsi-fungsi
adminstratif dan manajemen kelitbangan berdasarkan Peraturan Bersama Menristek
dan Kemdagri no. 03 tahun 2012 dan no 36 tahun 2012 tentang penguatan Sistem
Inovasi Daerah (Sida).
Difasilitasi
Untuk menjalankan kewajiban tersebut, menurut Deputi Kelembagaan Iptek Kemristek Dr Mulyanto, mereka tentu tidak dibiarkan berjuang sendiri, karena pihaknya melengkapi mereka dengan fasilitas berupa pendampingan, pelatihan, termasuk pendanaannya. "Kami akan memberi insentif sebesar Rp300 juta dalam bentuk fasilitasi kepada masing-masing enam badan yang lulus seleksi untuk menguatkan Sida di daerah mereka," katanya.
Untuk menjalankan kewajiban tersebut, menurut Deputi Kelembagaan Iptek Kemristek Dr Mulyanto, mereka tentu tidak dibiarkan berjuang sendiri, karena pihaknya melengkapi mereka dengan fasilitas berupa pendampingan, pelatihan, termasuk pendanaannya. "Kami akan memberi insentif sebesar Rp300 juta dalam bentuk fasilitasi kepada masing-masing enam badan yang lulus seleksi untuk menguatkan Sida di daerah mereka," katanya.
Daerah yang memenuhi
syarat untuk mendapatkan fasilitasi itu adalah mereka yang paling siap
membentuk Sida dan bisa meyakinkan bahwa programnya adalah yang paling penting
segera dijalankan, katanya. "Penilaiannya
melalui dua instrumen, yakni kuesioner yang merinci kondisi lembaga dengan
bobot 30 persen serta proposal berisi rencana aksi dan hasil yang diharapkan
dengan bobot 70 persen," katanya. Enam
badan yang lulus seleksi, urai Asisten Deputi Pengembangan Kelembagaan
Kemristek Fajar Suprapto, akan mendapat fasilitasi yakni berupa pendampingan
dalam pembentukan Tim Koordinasi Penguatan Sida. Tim Koordinasi Penguatan Sida itu akan dipimpin oleh
Sekretaris Daerah dengan pengarah adalah Gubernur, Wagub dan Ketua DPRD,
sedangkan Kepala Balitbangda menjadi sekretaris, dengan anggota para kepala
dinas, badan, kantor, atau lembaga lain yang terkait, ujarnya.
Fasilitasi berikutnya
adalah pelatihan penyusunan roadmap (peta jalan) Sida dan fasilitasi penguatan
Sida dengan focus group discussion (FGD) hingga workshop yang akan melibatkan
berbagai instansi terkait di daerah setempat. "Fasilitas yang kami berikan selama lima bulan sejak
terbentuknya Sida, diharapkan mampu menjadi cikal-bakal bangkitnya inovasi di
daerah dan meningkatnya daya saing daerah," ujar Fajar. Pihaknya juga berharap soal penguatan Sida bisa
dilegalkan dengan Peraturan Daerah dan masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) dimana penguatan Sida juga didukung APBD. "Kalau perlu ada surat edaran Kemdagri untuk
mendorong ini," katanya.
Langkah Awal
Langkah Awal
Menurut Mulyanto,
fasilitas ini menjadi sangat strategis karena merupakan langkah awal bagi
Indonesia untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia aparaturnya melalui
penataan lembaga kelitbangan. "Ini juga sejalan dengan pilar ketiga
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI)," tambah dia. Ia mengakui
pihaknya tak bisa memberi fasilitas pendampingan dan pelatihan tersebut kepada
seluruh badan litbang daerah, karena terbatasnya anggaran Kemristek. "Jika dibagi ke seluruh Balitbangda secara merata
nilainya menjadi sangat kecil dan justru tak bisa menjadi sesuatu yang berarti.
Karena itu saya harap tahun depan anggaran untuk fasilitasi ini bisa
ditingkatkan," katanya. Dan bagi balitbangda
yang belum mendapat kesempatan fasilitasi tersebut, lanjut dia, tahun depan
akan bisa mendapat giliran berikutnya, sampai Sida bisa terbentuk di seluruh
daerah di Indonesia.
Lembaga riset, menurut
dia sebenarnya memiliki peran sangat besar dalam memasok hasil penelitian dan
pengembangan untuk menigkatkan daya saing industri dalam negeri, sebagai upaya
meningkatkan perekonomian nasional. Sayangnya,
selama ini peran itu tak bisa muncul, selain karena kapasitas SDM yang rendah,
perekonomian Indonesia juga telah dikuasai oleh perusahaan-perusahaan
multinasional yang tak membutuhkan peran tersebut karena hanya menganggap
Indonesia sebagai pasar. Karena itu sudah
seharusnyalah Indonesia menggencarkan usaha-usaha kecil menengahnya sendiri
yang berpangku pada potensi dan inovasi lokal, yang salah satunya dengan cara
menguatkan Sida di tiap daerah. Jika jaringan kelembagaan riset di masing-masing daerah
sudah terhubung, bisa dibayangkan, tidaklah sulit untuk menggerakkan sistem
inovasi di daerah dan mensinkronkannya dengan sistem inovasi nasional. Maka badan litbang yang selama ini sering dianggap senang
berkutat dengan kesendiriannya serta banyak dipelesetkan sebagai lembaga yang
"sulit berkembang", bisa menjadi lembaga yang perannya sangat bisa
diperhitungkan (antaranews.com/ humasristek).
Banten
Gali Potensi Daerah Melalui Lomba Inovasi
Jumat, 12 Juli 2013 15:05 WIB | Seputar Banten | Dibaca 78 kali
Oleh: Mulyana
Jumat, 12 Juli 2013 15:05 WIB | Seputar Banten | Dibaca 78 kali
Oleh: Mulyana
Serang (AntaraBanten) –
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Provinsi Banten
menggelar lomba cipta inovasi dalam upaya menggali potensi daerah melalui
inovasi-inovasi dari masyarakat. "Kami ingin
menumbuhkan semangat inovasi di kalangan masyarakat yang bisa menjadi pemicu bagi peningkatan kegiatan ekonomi di
Provinsi Banten," kata Kepala Balitbangda Provinsi Banten Mohammad Ali
Fadillah di Serang, Kamis. Ia mengatakan
melalui lomba cipta inovasi 2013 diharapkan akan menumbuhkan kecintaan
masyarakat terhadap inovasi-inovasi dalam berbagai bidang seperti untuk
ketahanan pangan, energi, kesehatan, teknologi dan berbagai bidang keilmuan
lainnya yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat.
"Jika memang itu
hasil karya sendiri dan belum ada yang menciptakan, nanti hak ciptanya bisa
dipatenkan dan dilindungi," kata Ali Fadillah. Menurutnya, materi yang dilombakan merupakan ide orisinil
dari peserta dan belum pernah diikutsertakan dalam lomba sejenis, baik
ditingkat lokal maupun regional. Sedangkan tema karya yang bisa dipilih dari
lima agenda riset diantaranya tentang pangan, energi, obat-obatan, transportasi
dan teknologi informasi. "Peserta lomba
ini untuk kalangan pelajar SMA, mahasiswa dan masyarakat umum dengan tim
penilai dari Pusat," katanya.
Pihaknya berharap bagi masyarakat Banten yang memiliki ide-ide atau inovasi dari lima agenda riset tersebut, bisa mengikuti lomba cipta inovasi yang berlangsung mulai 17 Juni hingga 6 September 2013. "Kami berharap ini akan menjadi awal dari tumbuh kembangnya inovasi yang muncul dari masyarakat. Sehingga nanti bisa dikembangkan demi kemajuan Provinsi Banten," kata Ali Fadillah. Bagi tiga pemenang terbaik dalam lomba cipta inovasi tersebut, akan diberikan piala gubernur Banten dan juga uang pembinaan bagi juara satu, dua dan tiga. COPYRIGHT © 2013
Pihaknya berharap bagi masyarakat Banten yang memiliki ide-ide atau inovasi dari lima agenda riset tersebut, bisa mengikuti lomba cipta inovasi yang berlangsung mulai 17 Juni hingga 6 September 2013. "Kami berharap ini akan menjadi awal dari tumbuh kembangnya inovasi yang muncul dari masyarakat. Sehingga nanti bisa dikembangkan demi kemajuan Provinsi Banten," kata Ali Fadillah. Bagi tiga pemenang terbaik dalam lomba cipta inovasi tersebut, akan diberikan piala gubernur Banten dan juga uang pembinaan bagi juara satu, dua dan tiga. COPYRIGHT © 2013
Enam Balitbangda Jadi Percontohan Pengembangan Sistem
Inovasi
Fri,19 July 2013 | 22:08
Fri,19 July 2013 | 22:08
Oleh Dewanti Lestari
Jakarta, 19/7 (Antara) - Enam Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda), yakni Balitbang provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Tengah, Gorontalo dan Kalimantan Selatan dijadikan percontohan pengembangan Sistem Inovasi Daerah (Sida). "Mereka diharapkan jadi pelopor pengembangan Sistem Inovasi Daerah," kata Deputi Kelembagaan Iptek Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek) Dr Mulyanto pada Penandatanganan Perjanjian Kerja sama Fasilitasi Peningkatan Kapasitas Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BPPD) antara Kemristek dan enam Balitbang provinsi di Jakarta, Jumat.
Pembentukan Sistem
Inovasi Daerah, ujarnya, diharapkan memotivasi masyarakat dan lembaga-lembaga
setempat berinovasi dan turut aktif dalam pembangunan di daerah sehingga mampu
meningkatkan perekonomian dan kesejahteraannya. Keenam Balitbangda ini, ujar Mulyanto, mendapatkan
pendanaan masing-masing sebesar Rp300 juta dari APBN Kemristek 2013 untuk
peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dalam rangka membentuk sistem
inovasi. "Untuk tahun pertama mereka dituntut membuat
sistemnya dulu dengan menyusun peta rencana (roadmap) Sida yang diintegrasikan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)," katanya.
Keenam Balitbangda ini
terpilih melalui seleksi yang ketat melalui kuesioner dan proposal menyangkut
fasilitas dan SDM yang mereka miliki serta rencana sistem inovasi ke depan,
ujarnya. Menurut Mulyanto, sudah ada
Peraturan Bersama Menristek no 03 tahun 2012 dan Kemdagri no 36 tahun 2012 yang
menjadi landasan penguatan Sida ini.
Sementara itu,
Sekretaris Balitbangda Kalimantan Selatan Taufik Rachman yang hadir dalam
penandatanganan itu mengatakan, Kalsel memiliki banyak potensi sumber daya alam
yang perlu diolah agar lebih bernilai dan bermanfaat bagi masyarakat lokal,
seperti karet, sawit dan lain-lain. Selama
ini, ujarnya, karet Kalsel punya banyak masalah, seperti bibitnya yang tak
unggul sehingga produktivitasnya rendah, hanya sekitar 900 kg/ha/tahun, padahal
Malaysia bisa 2.000 kg/ha/tahun. Selain itu
kualitas bahan olah karetnya (bokar) juga rendah, karena setelah disadap,
petani hanya membekukannya dengan pupuk Urea, sehingga perlu teknologi
pembekuan untuk memperbaiki, ujarnya. "Kami
baru berharap di produk mentahnya dulu, belum sampai produk jadi. Kami
optimistis ini kerja sama jangka panjang, dimana pembinaan Kemristek tak hanya
sampai roadmap, tapi sampai ke penerapannya, sampai program dan kegiatannya.
Kalau perlu dilanjutkan dengan APBD kami sendiri," katanya.
Aucun commentaire:
Enregistrer un commentaire