dimanche 1 septembre 2013

Beneng dan Teuweul Tampil di Ritech 2013


Kamis 29 September 2013 patut dicatat sebagai even penting dalam agenda pembangunan nasional. Presiden Republik Indonesia, Dr. Susilo Bambang Yudhoyono memberikan sambutan pembukaan pada puncak peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional di Gedung Sasono Langen Budaya TMII Jakarta. 

Setelah itu rombongan Presiden SBY bersama Menteri Riset dan Teknologi Prof. Dr. Gusti Muhammad Hatta berkesempatan mengunjungi pameran hasil invensi dan difusi Iptek yang dipersembahkan para peneliti dari berbagai lembaga riset ke publik Indonesia. Sejumlah kemajuan di bidang Iptek telah digelar di halaman parkir Keong Emas, diantaranya pesawat nirawak dan roket buatan Indonesia. Ritech Expo 2013 menggambarkan kesiapan Indonesia menghadapi persaingan global di bidang industri kedirgantaraan, termasuk juga untuk pertahanan dan keamanan nasional. Namun ada sisi lain yang menggambarkan pentingnya Iptek menorobos kampung dan desa di Indonesia. Hal itu tampak pada gerai yang ditampilkan oleh lembaga riset dari provinsi.


Berada pada satu lorong, kita menemukan pameran ritech dari Balitbangda Provinsi baik dari Sumatera maupun dari Jawa. Pada Ritech Expo 2013 untuk pertama kalinya Provinsi Banten menampilkan hasil-hasil pemanfaatan Iptek yang diarahkan pada peningkatan rantai nilai ekonomi di pedesaan. Pada gerai berukuran 3 x 3 m itu, terlihat sosok mesin pembuat pupuk organik ataupun untuk biomassa hasil rekayasa Pelayanan Teknologi dari Cilegon yang dikelola oleh Fakultas Teknik Untirta berserta masyarakat setempat. Kemudian kita dapatkan pula ada dua pohon aneh di depan gerai, pertama adalah talas Beneng (singkatan dari beuneur jeung koneng) dan yang lainnya sebuah batang pohon mati yang ternyata tempat bersarangnya lebah tanpa sengat, yang dikenal dalam bahasa Sunda dengan sebutan "Teuweul" atau "Ko'ok" lengkap dengan sebuah kotak kayu tempat para teuweul dibudidayakan.

Talas "beneng" adalah sejenis talas lokal yang pada awalnya "gatal", tetapi pada gerai itu pengunjung bisa menikmati lezatnya kue browness terbuat dari tepung "beneng". Menurut Dudi, sang penyuluh dari Pandeglang, itulah hasil rekayasa teknologi yang diterapkan untuk talas, pengganti karbohidrat sekaligus mengurangi ketergantungan pada tepung impor dari bahan gandum.  Berbeda dengan "beneng" hasil difusi Iptek lain adalah makhluk kecil tak lebih besar dari lalat, "teuweul". Dibawa dari tempat asalnya di pedesaan Pandeglang, mereka hidup di gerai itu. Dan contoh produknya bukan hanya madu asli, tetapi juga ada Beepolen yang sangat dibutuhkan bagi kesehatan manusia.

Kesan kita, gerai itu memang kecil, tetapi telah menunjukkan bahwa Iptek juga penting untuk masyarakat pedesaan, karena dengan Iptek berbagai sumberdaya yang ada di desa-desa kita akan memiliki nilai tambah untuk mendukung perekonomian masyarakat. Maka apa yang disebut dengan Iptek dan inovasi sebagai indikator daya saing nasional, dapat dimulai dari hal-hal kecil, yang mampu dicerap dan diterapkan oleh masyarakat kecil. Perjalanan ke TMII pada hari itu memberi kesan lain, membawa kita pada ide-ide, bahwa Indonesia harus maju dan mengejar ketertinggalan dari negara maju lainnya. Dan iptek adalah salah satu titian penting menunju tercapainya kesejahteraan sosial dan peradaban bangsa, maka masyarakat pedesaan dapat menjadi basis yang harus diberikan kemampuan berinovasi dalam ikut serta membangun peradaban itu.




1 commentaire:

  1. Dokumentasinya ditambahain dong, pa... seperti kunjungan ibu gubernur Banten ke stand dan apa pendapat beliau tentang hasil inovasi masyarakat pedesaan di Banten yang ikut dalam ajang penting ini..

    Semoga makin sukses...

    RépondreSupprimer