samedi 28 septembre 2013

Sirih dan Pinang

BETEL AND ARECA IN HARMONY 
Sirih dan pinang selalu bersama dalam satu "Penginangan" di dunia Melayu. Tapi kali ini kutemukan keduanya dalam kesatuan yang saling menopang di habitat aslinya di perbukitan Gunung Karang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Pertanyannya, masih adakah tradisi suguhan sirih dan pinang dalam adat kita sekarang? Jangan-jangan sudah berganti teh dan kopi ...
Ketika saya melakukan perjalanan penelitian ke hulu Sungai Kotawaringin, pada tahun 1994, tepatnya hulu Lamandau saya harus bertemu dengan beberapa tokoh masyarakat di Kudangan. Sekarang menjadi Kabupaten Lamandau pemekaran dari Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah. Terkesan sekali, karena saat bertemu dengan kepala dusun di sana, yang pertama disungguhkan adalah seperangat alat penginangan lengkap dengan isinya: sirih, pinang, gambir dan lainnya. Termasuk juga bokor peludahan yang terbuat dari kuningan. Indah sekali bentuknya. Meskipun tak biasa, saya dengan senang hati mencicipi adat makan sirih bersama tuan rumah. Menurut Kepala Dusun, adat makan sirih adalah warisan nenek moyang Dayak di hulu Lamandau, sebagai ujud penghormatan bagi tetamu yang berkunjung ke desanya. Setelah itu, baru ditawarkan minuman lain yang sesuai dengan selera tamunya: teh manis, kopi atau sekedar air putih. (Bhre Wahanten)

Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire